Slide 1

Slide 1 text

GEOLOGI DAN STUDI HIDROGEOLOGI DAERAH RENDE DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BANDUNG BARAT, PROVINSI JAWA BARAT ALFIAN SAFFANI ADAM 12018034 DOSEN PEMBIMBING : Dr. DASAPTA ERWIN IRAWAN, S.T, M.T

Slide 2

Slide 2 text

Kerangka Presentasi Pendahuluan 01 Geologi dan Hidrogeologi Regional 02 Geologi Daerah Penelitian 03 Studi Hidrogeologi 04 Sintesis Geologi 05 Kesimpulan 06

Slide 3

Slide 3 text

01 PENDAHULUAN

Slide 4

Slide 4 text

Latar Belakang • Ketergantungan masyarakat akan kebutuhan airtanah yang bersumber dari mata air dan sumur untuk keperluan sehari-hari • Proyek Kereta Cepat Indo-Cina (KCIC) yang berpotensi memengaruhi kondisi hidrogeologi Desa Rende dan sekitarnya • Adanya peternakan sapi yang berpotensi mencemari airtanah Peternakan sapi Desa Cikalong, Cikalong Proyek KCIC di Desa Rende, Cikalong

Slide 5

Slide 5 text

Tujuan • Mengetahui dan memahami kondisi tatanan geologi daerah penelitian yang meliputi persebaran batuan, geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan sintesis geologi di daerah Rendeh dan sekitarnya • Mengetahui dan memahami kondisi hidrogeologi daerah penelitian yang meliputi sistem akuifer, pola aliran airtanah, elevasi muka airtanah, parameter fisik dan kimia airtanah, fasies hidrokimia airtanah, proses kimia airtanah, kesesuaian airtanah untuk irigasi pertanian, relasi airtanah dengan sungai, dan kesesuaian kualitas airtanah berdasarkan baku mutu air minum daerah Rendeh dan sekitarnya

Slide 6

Slide 6 text

Lokasi Penelitian • Koordinat UTM ± 9252700-9257400 mN dan ± 763400-769000 mE Zona 48S • Daerah Penelitian mencapai luas 5,6 km x 4,7 km = 26,3 km2 • Elevasi 350 – 675 mdpl • Desa Rendeh – Desa Cikalong – Desa Kanangasari – Desa Ciharashas, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung. • Desa Ciharashas – Desa Puteran, Kecamatan Cipendeuy, Kabupaten Bandung.

Slide 7

Slide 7 text

Diagram Alir Penelitian

Slide 8

Slide 8 text

Tabulasi Data No. Data Jumlah Tipe 1 Singkapan Batuan 70 Primer 2 Sampel Petrografi Batuan 5 Primer 3 Sifat fisik air tanah : pH, Total Dissolved Solids (TDS), Daya Hantar Listrik, Debit, dan temperatur 21 Primer 5 Sampel Hidrokimia 4 Primer

Slide 9

Slide 9 text

Geologi dan Hidrogeologi Regional

Slide 10

Slide 10 text

Fisiografi Regional Secara Fisiografi, daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Bandung (Van Bemmelen, 1949)

Slide 11

Slide 11 text

Geologi dan Stratigrafi Regional Peta Geologi dan Korelasi Satuan Peta Lembar Cianjur, Jawa (Sudjatmiko,1972)

Slide 12

Slide 12 text

Struktur Regional Peta pola struktur regional Jawa Barat (Martodjojo, 1984)

Slide 13

Slide 13 text

Hidrogeologi Regional Peta Hidrogeologi Regional Daerah Rendeh dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat (Pasaribu dkk, 1998)

Slide 14

Slide 14 text

Geologi Daerah Penelitian

Slide 15

Slide 15 text

Lintasan Geologi Peta Lintasan Geologi Daerah Rendeh dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Peta Lintasan Geologi Daerah Rendeh dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung

Slide 16

Slide 16 text

Geomorfologi Daerah Penelitian Peta Geomorfologi Daerah Rendeh dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung

Slide 17

Slide 17 text

Geomorfologi Daerah Penelitian Titik Pengamatan Satuan Lembah Denudasional Cisaukeun

Slide 18

Slide 18 text

Geomorfologi Daerah Penelitian Titik Pengamatan Satuan Perbukitan Piroklastik Pasir Angsana

Slide 19

Slide 19 text

Geomorfologi Daerah Penelitian Titik Pengamatan Satuan Punggungan Aliran Lava Cileuleuy

Slide 20

Slide 20 text

Tahapan Geomorfologi Berdasarkan Davis (1889) dalam Huggett (2011), pada daerah penelitian tahapan yang telah terjadi termasuk ke dalam tahapan muda-dewasa. Tahapan Geomorfologi Muda Di daerah penelitian ditandai oleh adanya lembah sungai berbentuk V, terdapat air terjun, dan tidak dijumpai dataran banjir

Slide 21

Slide 21 text

Tahapan Geomorfologi Tahapan Geomorfologi Dewasa Di daerah penelitian ditandai oleh adanya lembah sungai berbentuk U, sungai berkelok, dan lebar sabuk sungai berkelok lebih lebar dibanding lembah sungai Sungai berkelok Lembah sungai berbentuk U

Slide 22

Slide 22 text

Peta Geologi

Slide 23

Slide 23 text

No content

Slide 24

Slide 24 text

Kolom Stratigrafi

Slide 25

Slide 25 text

Stratigrafi 1. Satuan Batupasir Secara megaskopis, batupasir berwarna abu-abu terang, kondisi segar, ukuran butir pasir halus, pemilahan baik, kemas terbuka, terdapat struktur sedimen graded bedding.

Slide 26

Slide 26 text

Stratigrafi 1. Satuan Batupasir Berdasarkan analisis sayatan tipis, batuan diklasifikasikan sebagai greywacke (Pettijohn et al, 1987), kemas terbuka, pemilahan buruk, bentuk butir menyudut tanggung, besar butir berukuran sangat halus (0,06 mm - 0,125 mm), fragmen berupa kuarsa (C3) (55%) dan mineral opak (C6) (25%), dan matriks (B8) (20%) berwarna cokelat.

Slide 27

Slide 27 text

Stratigrafi 2. Satuan Batulempung Secara megaskopis, batulempung berwarna abu-abu gelap hingga kecokelatan dalam kondisi segar, butiran berukuran lempung (< 0,004 mm), menyerpih, porositas buruk, karbonatan, scaly clay

Slide 28

Slide 28 text

Stratigrafi 2. Satuan Batulempung Berdasarkan analisis sayatan tipis, batuan diklasifikasikan sebagai mudrock (Pettijohn et al, 1987), kemas terbuka, pemilahan buruk, bentuk butir menyudut tanggung, besar butir berukuran sedang hingga lanau (0,004 mm - 0,5 mm), matriks (75%) berwarna cokelat, fragmen (25%) terdiri dari kuarsa (45%), plagioklas (30%), dan mineral opak (25%).

Slide 29

Slide 29 text

Stratigrafi 3. Satuan Lava Secara megaskopis, andesit berwarna abu-abu terang, kondisi segar hingga lapuk, bertekstur afanitik, terdapat struktur autobreksia dan kekar berlembar

Slide 30

Slide 30 text

Stratigrafi 3. Satuan Lava Berdasarkan analisis sayatan tipis pada Satuan Lava, terdapat litologi yang diklasifikasikan sebagai Andesit (Travis, 1955), hipokristalin, tekstur porfiritik, hipidiomorfik, tersusun atas fenokris (70%) berupa mineral plagioklas (C2) (60%), piroksen (H7) (25%) dan mineral opak (I3) (15%). Plagioklas tergolong andesin (An33 -Ab67 ). Massa dasar yang tersebar merata (30%) tersusun atas mikrolit plagioklas (A5) (85%) dan gelas (C5) (15%).

Slide 31

Slide 31 text

Stratigrafi 4. Satuan Tuff Secara megaskopis, tuff berwarna cokelat terang, kondisi segar, ukuran butir debu (< 2 mm), friable- loose, terdapat urat kuarsa setempat (a) Singkapan tuff, (b) sampel batuan tuff, dan (c) kontak batulempung dengan tuff

Slide 32

Slide 32 text

Stratigrafi 4. Satuan Tuff Berdasarkan analisis sayatan tipis, litologi ini merupakan Tuff Kristal (Pettijohn,1975) komponen terdiri dari plagioklas (C9) (60%), butiran gelas vulkanik (D6) (10%), dan piroksen (F7) (5%) dalam matriks gelas vulkanik dan mineral opak (F9) (15%)

Slide 33

Slide 33 text

Struktur Geologi

Slide 34

Slide 34 text

Struktur Geologi

Slide 35

Slide 35 text

Struktur Geologi

Slide 36

Slide 36 text

Struktur Geologi

Slide 37

Slide 37 text

Struktur Geologi

Slide 38

Slide 38 text

Hidrogeologi Daerah Penelitian

Slide 39

Slide 39 text

Peta Hidrogeologi

Slide 40

Slide 40 text

Penampang Hidrogeologi

Slide 41

Slide 41 text

Tipologi Sistem Akuifer Tipologi sistem akuifer gunungapi (S. Mandel, 1981) Tipologi sistem akuifer sedimen terlipat (S. Mandel, 1981)

Slide 42

Slide 42 text

Tipe Akuifer Akuifer tak tertekan/bebas (Kruseman, 1994).

Slide 43

Slide 43 text

Jenis Mata Air

Slide 44

Slide 44 text

Satuan Akuifer Satuan Akuifer Batupasir- Batulempung

Slide 45

Slide 45 text

Satuan Akuifer Satuan Akuifer Lava

Slide 46

Slide 46 text

Satuan Akuifer Satuan Akuifer Tuff

Slide 47

Slide 47 text

Kualitas Airtanah Tabulasi Data Primer Parameter Kualitas Airtanah Stasiun Koordinat (UTM) Cuaca Elevasi (mdpl) pH TDS (ppm) DHL (μS/cm) Suhu (Celsius) Debit (L/jam) Keterangan X Y A-1 765937 9257279 cerah 508 6,42 53 106 28 257 Mata air A-2 766227 9256522 cerah 490 7,56 39 81 27 300 Mata air A-3 763942 9256337 cerah 392 5,57 26 52 28 300 Mata air A-4 764213 9255778 cerah 418 5,97 46 93 28 360 Mata air A-5 764925 9255835 cerah berawan 445 5,57 27 54 28 225 Mata air A-6 765028 9255858 cerah berawan 451 6,54 48 97 28 200 Mata air A-7 765339 9255936 cerah berawan 468 6,97 33 68 29 257 Mata air A-8 765554 9256009 cerah berawan 482 5,32 28 55,8 28 300 Mata air A-9 765188 9254635 cerah berawan 438 5,18 39 79 28 163 Mata air A-10 765234 9253874 cerah berawan 437 5,64 55 109 29 450 Mata air A-11 765778 9253802 gerimis 448 6,11 55 110 28 360 Mata air A-12 765823 9253706 berawan 450 6,71 115 230 28 360 Mata air A-13 766192 9254753 cerah 471 6,18 41 81,5 28 300 Mata air A-14 766524 9253941 cerah 471 6,15 45 92 29 180 Mata air A-15 767364 9253496 cerah 518 6,36 44 90 30 200 Mata air A-16 768097 9253704 cerah 589 6,56 94 192 29 360 Mata air A-17 768236 9253623 cerah 596 7,35 143 284 30 300 Mata air A-18 767463 9254857 cerah 579 7,82 51 103 31 200 Mata air A-19 767325 9254710 cerah 545 6,54 77 157 30 300 Mata air A-20 767389 9254532 cerah 576 6,67 61 113 28 600 Mata air A-21 766875 9254931 cerah 510 7,66 73 141 30 450 Mata air

Slide 48

Slide 48 text

Kualitas Airtanah Persebaran Nilai pH

Slide 49

Slide 49 text

Kualitas Airtanah Persebaran Nilai TDS

Slide 50

Slide 50 text

Kualitas Airtanah Persebaran Nilai Temperatur

Slide 51

Slide 51 text

Kualitas Airtanah Persebaran Nilai DHL

Slide 52

Slide 52 text

Kualitas Airtanah

Slide 53

Slide 53 text

Hidrokimia Airtanah Tabulasi data primer hidrokimia airtanah satuan miliekuivalen

Slide 54

Slide 54 text

Hidrokimia Airtanah Hasil plot data hidrokimia pada Diagram Piper

Slide 55

Slide 55 text

Hidrokimia Airtanah Hasil plot data hidrokimia pada Diagram Stiff

Slide 56

Slide 56 text

Proses Kimia Airtanah Diagram hidrogeokimia sampel airtanah daerah penelitian (dimodifikasi dari Chaddha, 1999)

Slide 57

Slide 57 text

Proses Kimia Airtanah Diagram Perbandingan Ca+Mg dengan HCO3+SO4 (dimodifikasi Fisher dan Mullican, 1997)

Slide 58

Slide 58 text

Proses Kimia Airtanah Diagram faktor pengontrol airtanah (dimodifikasi dari Gibbs, 1970)

Slide 59

Slide 59 text

Kualitas Airtanah untuk Irigasi Pertanian Analisis ini menggunakan lima metode, diantaranya : 1. Analisis Konsentrasi Sodium 2. Analisis Residual Sodium Carbonate (RSC) 3. Analisis Sodium Adsorption Ratio (SAR) 4. Analisis dengan Diagram Wilcox 5. Analisis dengan Diagram US Salinity (USSL)

Slide 60

Slide 60 text

Kualitas Airtanah untuk Irigasi Pertanian 1. Konsentrasi Sodium Sampel %Na Kelas Air A-8 62,47 Doubtful A-13 22,84 Good A-16 23,84 Good A-20 29,84 Good Hasil analisis dapat dilihat di tabel berikut. Rumus perhitungan konsentrasi Sodium (Wilcox, 1955) Klasifikasi Konsentrasi Sodium untuk Kesesuaian Irigasi (Wilcox, 1955 )

Slide 61

Slide 61 text

Kualitas Airtanah untuk Irigasi Pertanian 2. Analisis Residual Sodium Carbonate (RSC) Rumus Perhitungan RSC satuan meq/L (Eaton, 1950 Kesesuaian Air untuk Irigasi menggunakan RSC (Eaton, 1950) Hasil analisis dapat dilihat di tabel berikut.

Slide 62

Slide 62 text

Kualitas Airtanah untuk Irigasi Pertanian 3. Analisis Sodium Adsorption Ratio (SAR) Sampel SAR Keterangan A-8 1,79 Excellent A-13 1,05 Excellent A-16 1,58 Excellent A-20 1,24 Excellent Hasil analisis dapat dilihat di tabel berikut. Rumus Perhitungan SAR (Todd, 2005) Klasifikasi Sodium Adsorption Ration (Turgeon, 2000)

Slide 63

Slide 63 text

Kualitas Airtanah untuk Irigasi Pertanian 4. Analisis dengan Diagram Wilcox Diagram Klasifikasi Kesesuaian Air Irigasi Wilcox (Wilcox, 1955)

Slide 64

Slide 64 text

Kualitas Airtanah untuk Irigasi Pertanian 5. Analisis dengan Diagram US Salinity (USSL) Diagram Klasifikasi Kesesuaian Air Irigasi USSL (Wilcox, 1955)

Slide 65

Slide 65 text

Relasi Airtanah dengan Sungai Berdasarkan pengamatan dan pengambilan data di lapangan, hubungan sungai dengan akuifer di Desa Rende didominasi oleh tipe sungai influent, dimana muka air tanah lebih tinggi dibandingkan muka air sungai sehingga sungai mendapat pasokan air dari airtanah.

Slide 66

Slide 66 text

Sintesis Geologi

Slide 67

Slide 67 text

Sintesis Geologi • Sejarah Geologi daerah penelitian dimulai dengan diendapkannya Satuan Batupasir pada kala Miosen Tengah dengan fosil penunjuk yaitu Globorotalia mayeri dan Orbulina universa yang mempunyai kisaran umur N9-N14 (Alfeus, 2011). Pengendapan Satuan ini dengan mekanisme pengendapan arus turbidit di zona upper bathyal. • Pada kala Miosen Akhir, secara selaras diendapkan Satuan Batulempung. Umur tersebut ditentukan pada fosil petunjuk Globigerina plesiotumida yang berumur N17-N18 (Alfeus, 2011). Pengendapan Satuan ini dengan mekanisme pengendapan arus turbidit di zona upper bathyal

Slide 68

Slide 68 text

Sintesis Geologi • Menurut Martodjojo (1984), pada kala Pliosen-Plistosen terjadi aktivitas tektonik secara regional yang menyebabkan terjadinya pengangkatan, pengangkatan tersebut menjadikan Satuan Batupasir dan Satuan Batulempung tersingkap baik di bagian tengah daerah penelitian. Aktivitas tektonik yang terjadi pada Satuan Batupasir dan Satuan Batulempung diantaranya sesar naik menganan dan sesar menganan naik.

Slide 69

Slide 69 text

Sintesis Geologi • Pada kala Pleistosen, daerah penelitian telah menjadi daratan yang ditandai dengan Satuan Lava (Kartadinata, 2009). Setelah satuan ini terbentuk, satuan ini mengalami deformasi berupa Sesar Mengiri Turun. • Kemudian secara selaras di atas Satuan Lava terbentuk Satuan Tuf di daerah penelitian pada lingkungan medial volcaniclastic (Vessel dan Davis, 1981 op cit. Cas dan Wright, 1987). Setelah satuan tuff terendapkan, satuan ini mengalami berupa sesar geser menganan.

Slide 70

Slide 70 text

Kesimpulan

Slide 71

Slide 71 text

Kesimpulan 1 • Daerah penelitian dibagi menjadi lima satuan geomorfologi, yaitu Punggungan Aliran Lava Cileuleuy, Satuan Perbukitan Pasir Angsana, dan Satuan Lembah Denudasional Cisaukeun • Secara stratigrafi, daerah penelitian dibagi menjadi empat satuan batuan tidak resmi dengan urutan dari tua ke muda diantaranya Satuan Batupasir, Satuan Batulempung, Satuan Lava, Satuan Tuff. • Struktur daerah penelitian terdiri berupa Sesar Naik Menganan Pasir Angsana, Sesar Geser Menganan Cigeblig, Sesar Menganan Naik Cisaukeun, dan Sesar Menganan Turun Rende.

Slide 72

Slide 72 text

Kesimpulan 2 • Tipologi akuifer terdiri dari tipologi endapan gunungapi dan tipologi sistem akuifer sedimen terlipat. Jenis akuifer pada daerah penelitian adalah akuifer bebas. Tipe mata air yang ditemukan di daerah penelitian merupakan tipe mata air rekahan dan depresi. Terdapat 3 satuan akuifer yaitu Batupasir – Batulempung (MAT : 510-560 mdpl), Akuifer Lava Andesir (MAT : 395-535 mdpl), dan Akuifer Tuf (MAT : 540-595 mdpl). Relasi hidrodinamika antara aliran air pada akuifer dan sungai adalah dominan influent pada daerah penelitian. • Kualitas airtanah berdasarkan parameter pH, TDS, suhu, dan DHL menunjukkan sampel airtanah yang tidak memenuhi baku mutu air minum (pH < 6,5) berada di bagian barat daerah penelitian, dekat dengan Waduk Cirata. • Penentuan kualitas airtanah untuk keperluan irigasi menggunakan analisis Na%, SAR, RSC, diagram Wilcox, dan diagram USSL, hasil analisis terhadap keempat sampel mata air menghasilkan kualitas airtanah yang baik untuk keperluan irigasi

Slide 73

Slide 73 text

Kesimpulan 2 • Fasies hidrokimia airtanah (Diagram Stiff) daerah penelitian terbagi menjadi Sampel A-8 termasuk ke dalam fasies magnesium klorida (MgCl2 ). Sampel A-13 dan A-20 termasuk ke dalam fasies magnesium bikarbonat (Mg2+(HCO3 -)2 ). Sampel A-16 termasuk ke dalam fasies kalsium bikarbonat (Ca2+(HCO3 -)2 ) • Faktor dominan yang mengontrol proses kimia airtanah (Diagram Gibbs) pada sampel A-13, A- 16, dan A-20 yaitu faktor dominan batuan. Faktor batuan tersebut berupa pelarutan karbonat (gipsum, kalsit, dan dolomit), pelapukan karbonat, dan pelapukan mineral silikat. Sedangkan, pada sampel A-8 faktor dominan yang mengontrol kimia airtanah yaitu faktor curah hujan, yang menjadikan reaksi pertukaran ion terbalik

Slide 74

Slide 74 text

Referensi

Slide 75

Slide 75 text

Referensi Aqrawi, O. S. dan Al-Mallah, A. Y. (2021). Hydrogeochemical Assessment of Selected Springs Water in Aqra Area, Duhok Governorate, Northern Iraq. Iraqi Geological Journal Vol. 54, No. 2E, pp. 134-149. Bemmelen, R.W.van. (1949). The Geology of Indonesia. The Hague: Government printing Office. Brahmantyo, B. dan Bandono. (2006): Klasifikasi bentuk muka bumi (landform) untuk pemetaan geomorfologi pada skala 1:25.000 dan aplikasinya untuk penataan ruang. Jurnal Geoaplika Vol. 1, No. 2, pp. 71–78. Chadha, D. K. (1999). A proposed new diagram for geochemical classification of natural waters and interpretation of chemical data. Hydrogeology Journal, 7(5), 431–439 Davis, S.N. and De Wiest, R.J.M. (1966) Hydrogeology, Vol. 463. Wiley, New York. Eaton, F. M., 1950.Significance of carbonates in irrigation waters. Soil science, 69(2), 123-134 Fetter, C.W. (2014). Applied hydrogeology fourth edition. USA: Prentice-Hall Inc. Fisher, R.S., dan Mullican, I.W.F. (1997). Hydrochemical evolution of sodium sulfate and sodium-chloride groundwater beneath the Northern Chihuahuan Desert, Trans-Pecos, Texas, USA. Hydrogeology Journal, 5(2), 4–16 Gibbs, R. (1970). Mechanism Controlling World River Water Chemistry. Science, Vol. 170, No. 3962, pp. 1088-1090. American Association for the Advancement of Science Hem, J.D. (1991). Study and interpretation of the chemical characteristics of natural waters (third edition). Jodphur: Scientific Publishers. Hidayat, A., Suprayogi, S., dan Cahyadi, A. (2016). Analisis Kesesuaian Kualitas air untuk Irigasi pada Beberapa Mataair di Kawasan Karst Sistem Goa Pindul. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Hounslow, A.W. (1995). Water quality data analysis and interpretation. Florida: CRC Press. Huggett, R. J. (2011). Fundamentals of geomorphology third editon. USA : Routledge.

Slide 76

Slide 76 text

Referensi Kaban, A. E. (2011). Geologi Daerah Rendeh Dan Sekitarnya Kabupaten Bandung Barat-Jawa Barat. Institut Teknologi Bandung : Bandung Kartadinata, M.N. (2009). Tephrochronological Study on Eruptive History Old Sunda-Tangkuban Perahu Volcanic Complex, West Java, Indonesia. Jurnal Gunungapi dan Mitigasi Bencana Geologi Vol. 1, No.1 Kruseman, G.P. (1994). Analysis & evaluation of pumping test data. Wegeningen, The Netherlands: Publication 47 Larasati, N. H. (2020). Pengertian Suhu dan Kalor Menurut Ahli. Diakses dari https://www.diadona.id/ Mandel, S. (1981). Groundwater resources: investigation and development. Hebrew University of Jerusalem, Israel: Groundwater Research Center. Martodjojo, S., 1984. Evolusi Cekungan Bogor. Institute Technology Bandung, Bandung: Unpublished Doctoral Thesis. Pasaribu, M., Mudiana W., dan Sunarya Y. (1998). Peta hidrogeologi Indonesia, lembar Cianjur 1209-2 skala 1:100.000. Bandung: Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Peraturan Menterti Kesehatan No. 492/MENKES/PER/VI/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. (2010). Jakarta: Lembaga Negara Republik Indonesia. Peraturan Menterti Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. (1990). Jakarta: Lembaga Negara Republik Indonesia. Pettijohn, F.J. (1975). Sedimentary rocks, third edition. New York: Harper and Row. Piper, A.M., 1944. A graphic procedure in the geochemical interpretation of water analyses, Transition, American Geophysical union, 25, 914 – 923 Poehls, dan Smith. (2009). Encyclopedic Dictionary of Hydrogeology. USA. Elseiver. Puradimaja, D.J., Hutasoit, L.M., Lubis, F., dan Irawan, D.E. (2008). Modul praktikum hidrogeologi umum. Bandung: Program Studi Teknik Geologi ITB. Prayogi, T.E., dkk. (2016). Penilaian kualitas air tanah pada akuifer tidak tertekan untuk keperluan air minum di wilayah utara Cekungan Air Tanah Jakarta. Jakarta : Balai Konservasi Air Tanah.

Slide 77

Slide 77 text

Referensi Sadashivaiah, C., Ramakrishnaiah, C. R., dan Ranganna, G. (2008). Hydrochemical Analysis and Evaluation of Groundwater Quality in Tumkur Taluk, Karnataka State, India. International Journal of Environmental Research and Public Health Vol 5, No. 3, pp 158-164. Sejati, S. P. (2019). Perbandingan Akurasi Metode idw dan Kriging dalam Pemetaan Muka Air Tanah. Majalah Geografi Indonesia Vol. 33, No.2, pp. 49-57. Sudjatmiko. (1972). Peta geologi lembar Cianjur skala 1:100.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Thornbury. 1970. Principle of Geomorphology. New York : John Willey and Sons, Inc,. Todd, D.K. dan Larry, W. M. (2005). Ground Water Hydrology Third Edition. New york: John Wiley & Sons, Inc. Travis, R. B. 1955. Classification of Rocks. Colorado School of Mines. Turgeon, A. (2000). Irrigation Water Quality. The Pennsylvania State University, USA. Verstappen, H. (1983). Applied Geomorphology: Geomorphological Surveys for Environmental Development. New York : El sevier. Vessels, R.K. dan Davies, D.K., 1981. Non Marine Sedimentation in an Active Fire Arc Basin, in F.G. Etridge & R.M. Flores (Eds.), Recent andAncient Non Marine Depositional Environments: Models forExploration. Society of Economic Paleontology, Special Publication, no 31. Walker, R. G. dan James, N. P., (1992). Facies Models Response to Sea Level Change. Geological Association of Canada. Wilcox, L.V. (1995). Classification and use of irrigation water. Washington: USDA. Younger, P.L. (2007). Groundwater in the environment: an introduction. Blackwell: London. Zuidam, R.V. (1985). Guide to geomorphic aerial photographic interpretation and mapping. The Hague, The Netherlands: Institute for Aerospace Survey and Earth Science

Slide 78

Slide 78 text

Thank you