Upgrade to Pro — share decks privately, control downloads, hide ads and more …

GEOLOGI DAN STUDI HIDROGEOLOGI DAERAH RENDE DAN...

GEOLOGI DAN STUDI HIDROGEOLOGI DAERAH RENDE DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BANDUNG BARAT, PROVINSI JAWA BARAT

GEOLOGI DAN STUDI HIDROGEOLOGI DAERAH RENDE DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BANDUNG BARAT, PROVINSI JAWA BARAT

mahasiswa: ALFIAN SAFFANI ADAM 12018034

DOSEN PEMBIMBING : Dr. DASAPTA ERWIN IRAWAN, S.T, M.T

Dasapta Erwin Irawan

June 15, 2022
Tweet

More Decks by Dasapta Erwin Irawan

Other Decks in Science

Transcript

  1. GEOLOGI DAN STUDI HIDROGEOLOGI DAERAH RENDE DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BANDUNG

    BARAT, PROVINSI JAWA BARAT ALFIAN SAFFANI ADAM 12018034 DOSEN PEMBIMBING : Dr. DASAPTA ERWIN IRAWAN, S.T, M.T
  2. Kerangka Presentasi Pendahuluan 01 Geologi dan Hidrogeologi Regional 02 Geologi

    Daerah Penelitian 03 Studi Hidrogeologi 04 Sintesis Geologi 05 Kesimpulan 06
  3. Latar Belakang • Ketergantungan masyarakat akan kebutuhan airtanah yang bersumber

    dari mata air dan sumur untuk keperluan sehari-hari • Proyek Kereta Cepat Indo-Cina (KCIC) yang berpotensi memengaruhi kondisi hidrogeologi Desa Rende dan sekitarnya • Adanya peternakan sapi yang berpotensi mencemari airtanah Peternakan sapi Desa Cikalong, Cikalong Proyek KCIC di Desa Rende, Cikalong
  4. Tujuan • Mengetahui dan memahami kondisi tatanan geologi daerah penelitian

    yang meliputi persebaran batuan, geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan sintesis geologi di daerah Rendeh dan sekitarnya • Mengetahui dan memahami kondisi hidrogeologi daerah penelitian yang meliputi sistem akuifer, pola aliran airtanah, elevasi muka airtanah, parameter fisik dan kimia airtanah, fasies hidrokimia airtanah, proses kimia airtanah, kesesuaian airtanah untuk irigasi pertanian, relasi airtanah dengan sungai, dan kesesuaian kualitas airtanah berdasarkan baku mutu air minum daerah Rendeh dan sekitarnya
  5. Lokasi Penelitian • Koordinat UTM ± 9252700-9257400 mN dan ±

    763400-769000 mE Zona 48S • Daerah Penelitian mencapai luas 5,6 km x 4,7 km = 26,3 km2 • Elevasi 350 – 675 mdpl • Desa Rendeh – Desa Cikalong – Desa Kanangasari – Desa Ciharashas, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung. • Desa Ciharashas – Desa Puteran, Kecamatan Cipendeuy, Kabupaten Bandung.
  6. Tabulasi Data No. Data Jumlah Tipe 1 Singkapan Batuan 70

    Primer 2 Sampel Petrografi Batuan 5 Primer 3 Sifat fisik air tanah : pH, Total Dissolved Solids (TDS), Daya Hantar Listrik, Debit, dan temperatur 21 Primer 5 Sampel Hidrokimia 4 Primer
  7. Lintasan Geologi Peta Lintasan Geologi Daerah Rendeh dan Sekitarnya, Kabupaten

    Bandung Peta Lintasan Geologi Daerah Rendeh dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung
  8. Tahapan Geomorfologi Berdasarkan Davis (1889) dalam Huggett (2011), pada daerah

    penelitian tahapan yang telah terjadi termasuk ke dalam tahapan muda-dewasa. Tahapan Geomorfologi Muda Di daerah penelitian ditandai oleh adanya lembah sungai berbentuk V, terdapat air terjun, dan tidak dijumpai dataran banjir
  9. Tahapan Geomorfologi Tahapan Geomorfologi Dewasa Di daerah penelitian ditandai oleh

    adanya lembah sungai berbentuk U, sungai berkelok, dan lebar sabuk sungai berkelok lebih lebar dibanding lembah sungai Sungai berkelok Lembah sungai berbentuk U
  10. Stratigrafi 1. Satuan Batupasir Secara megaskopis, batupasir berwarna abu-abu terang,

    kondisi segar, ukuran butir pasir halus, pemilahan baik, kemas terbuka, terdapat struktur sedimen graded bedding.
  11. Stratigrafi 1. Satuan Batupasir Berdasarkan analisis sayatan tipis, batuan diklasifikasikan

    sebagai greywacke (Pettijohn et al, 1987), kemas terbuka, pemilahan buruk, bentuk butir menyudut tanggung, besar butir berukuran sangat halus (0,06 mm - 0,125 mm), fragmen berupa kuarsa (C3) (55%) dan mineral opak (C6) (25%), dan matriks (B8) (20%) berwarna cokelat.
  12. Stratigrafi 2. Satuan Batulempung Secara megaskopis, batulempung berwarna abu-abu gelap

    hingga kecokelatan dalam kondisi segar, butiran berukuran lempung (< 0,004 mm), menyerpih, porositas buruk, karbonatan, scaly clay
  13. Stratigrafi 2. Satuan Batulempung Berdasarkan analisis sayatan tipis, batuan diklasifikasikan

    sebagai mudrock (Pettijohn et al, 1987), kemas terbuka, pemilahan buruk, bentuk butir menyudut tanggung, besar butir berukuran sedang hingga lanau (0,004 mm - 0,5 mm), matriks (75%) berwarna cokelat, fragmen (25%) terdiri dari kuarsa (45%), plagioklas (30%), dan mineral opak (25%).
  14. Stratigrafi 3. Satuan Lava Secara megaskopis, andesit berwarna abu-abu terang,

    kondisi segar hingga lapuk, bertekstur afanitik, terdapat struktur autobreksia dan kekar berlembar
  15. Stratigrafi 3. Satuan Lava Berdasarkan analisis sayatan tipis pada Satuan

    Lava, terdapat litologi yang diklasifikasikan sebagai Andesit (Travis, 1955), hipokristalin, tekstur porfiritik, hipidiomorfik, tersusun atas fenokris (70%) berupa mineral plagioklas (C2) (60%), piroksen (H7) (25%) dan mineral opak (I3) (15%). Plagioklas tergolong andesin (An33 -Ab67 ). Massa dasar yang tersebar merata (30%) tersusun atas mikrolit plagioklas (A5) (85%) dan gelas (C5) (15%).
  16. Stratigrafi 4. Satuan Tuff Secara megaskopis, tuff berwarna cokelat terang,

    kondisi segar, ukuran butir debu (< 2 mm), friable- loose, terdapat urat kuarsa setempat (a) Singkapan tuff, (b) sampel batuan tuff, dan (c) kontak batulempung dengan tuff
  17. Stratigrafi 4. Satuan Tuff Berdasarkan analisis sayatan tipis, litologi ini

    merupakan Tuff Kristal (Pettijohn,1975) komponen terdiri dari plagioklas (C9) (60%), butiran gelas vulkanik (D6) (10%), dan piroksen (F7) (5%) dalam matriks gelas vulkanik dan mineral opak (F9) (15%)
  18. Tipologi Sistem Akuifer Tipologi sistem akuifer gunungapi (S. Mandel, 1981)

    Tipologi sistem akuifer sedimen terlipat (S. Mandel, 1981)
  19. Kualitas Airtanah Tabulasi Data Primer Parameter Kualitas Airtanah Stasiun Koordinat

    (UTM) Cuaca Elevasi (mdpl) pH TDS (ppm) DHL (μS/cm) Suhu (Celsius) Debit (L/jam) Keterangan X Y A-1 765937 9257279 cerah 508 6,42 53 106 28 257 Mata air A-2 766227 9256522 cerah 490 7,56 39 81 27 300 Mata air A-3 763942 9256337 cerah 392 5,57 26 52 28 300 Mata air A-4 764213 9255778 cerah 418 5,97 46 93 28 360 Mata air A-5 764925 9255835 cerah berawan 445 5,57 27 54 28 225 Mata air A-6 765028 9255858 cerah berawan 451 6,54 48 97 28 200 Mata air A-7 765339 9255936 cerah berawan 468 6,97 33 68 29 257 Mata air A-8 765554 9256009 cerah berawan 482 5,32 28 55,8 28 300 Mata air A-9 765188 9254635 cerah berawan 438 5,18 39 79 28 163 Mata air A-10 765234 9253874 cerah berawan 437 5,64 55 109 29 450 Mata air A-11 765778 9253802 gerimis 448 6,11 55 110 28 360 Mata air A-12 765823 9253706 berawan 450 6,71 115 230 28 360 Mata air A-13 766192 9254753 cerah 471 6,18 41 81,5 28 300 Mata air A-14 766524 9253941 cerah 471 6,15 45 92 29 180 Mata air A-15 767364 9253496 cerah 518 6,36 44 90 30 200 Mata air A-16 768097 9253704 cerah 589 6,56 94 192 29 360 Mata air A-17 768236 9253623 cerah 596 7,35 143 284 30 300 Mata air A-18 767463 9254857 cerah 579 7,82 51 103 31 200 Mata air A-19 767325 9254710 cerah 545 6,54 77 157 30 300 Mata air A-20 767389 9254532 cerah 576 6,67 61 113 28 600 Mata air A-21 766875 9254931 cerah 510 7,66 73 141 30 450 Mata air
  20. Kualitas Airtanah untuk Irigasi Pertanian Analisis ini menggunakan lima metode,

    diantaranya : 1. Analisis Konsentrasi Sodium 2. Analisis Residual Sodium Carbonate (RSC) 3. Analisis Sodium Adsorption Ratio (SAR) 4. Analisis dengan Diagram Wilcox 5. Analisis dengan Diagram US Salinity (USSL)
  21. Kualitas Airtanah untuk Irigasi Pertanian 1. Konsentrasi Sodium Sampel %Na

    Kelas Air A-8 62,47 Doubtful A-13 22,84 Good A-16 23,84 Good A-20 29,84 Good Hasil analisis dapat dilihat di tabel berikut. Rumus perhitungan konsentrasi Sodium (Wilcox, 1955) Klasifikasi Konsentrasi Sodium untuk Kesesuaian Irigasi (Wilcox, 1955 )
  22. Kualitas Airtanah untuk Irigasi Pertanian 2. Analisis Residual Sodium Carbonate

    (RSC) Rumus Perhitungan RSC satuan meq/L (Eaton, 1950 Kesesuaian Air untuk Irigasi menggunakan RSC (Eaton, 1950) Hasil analisis dapat dilihat di tabel berikut.
  23. Kualitas Airtanah untuk Irigasi Pertanian 3. Analisis Sodium Adsorption Ratio

    (SAR) Sampel SAR Keterangan A-8 1,79 Excellent A-13 1,05 Excellent A-16 1,58 Excellent A-20 1,24 Excellent Hasil analisis dapat dilihat di tabel berikut. Rumus Perhitungan SAR (Todd, 2005) Klasifikasi Sodium Adsorption Ration (Turgeon, 2000)
  24. Kualitas Airtanah untuk Irigasi Pertanian 4. Analisis dengan Diagram Wilcox

    Diagram Klasifikasi Kesesuaian Air Irigasi Wilcox (Wilcox, 1955)
  25. Kualitas Airtanah untuk Irigasi Pertanian 5. Analisis dengan Diagram US

    Salinity (USSL) Diagram Klasifikasi Kesesuaian Air Irigasi USSL (Wilcox, 1955)
  26. Relasi Airtanah dengan Sungai Berdasarkan pengamatan dan pengambilan data di

    lapangan, hubungan sungai dengan akuifer di Desa Rende didominasi oleh tipe sungai influent, dimana muka air tanah lebih tinggi dibandingkan muka air sungai sehingga sungai mendapat pasokan air dari airtanah.
  27. Sintesis Geologi • Sejarah Geologi daerah penelitian dimulai dengan diendapkannya

    Satuan Batupasir pada kala Miosen Tengah dengan fosil penunjuk yaitu Globorotalia mayeri dan Orbulina universa yang mempunyai kisaran umur N9-N14 (Alfeus, 2011). Pengendapan Satuan ini dengan mekanisme pengendapan arus turbidit di zona upper bathyal. • Pada kala Miosen Akhir, secara selaras diendapkan Satuan Batulempung. Umur tersebut ditentukan pada fosil petunjuk Globigerina plesiotumida yang berumur N17-N18 (Alfeus, 2011). Pengendapan Satuan ini dengan mekanisme pengendapan arus turbidit di zona upper bathyal
  28. Sintesis Geologi • Menurut Martodjojo (1984), pada kala Pliosen-Plistosen terjadi

    aktivitas tektonik secara regional yang menyebabkan terjadinya pengangkatan, pengangkatan tersebut menjadikan Satuan Batupasir dan Satuan Batulempung tersingkap baik di bagian tengah daerah penelitian. Aktivitas tektonik yang terjadi pada Satuan Batupasir dan Satuan Batulempung diantaranya sesar naik menganan dan sesar menganan naik.
  29. Sintesis Geologi • Pada kala Pleistosen, daerah penelitian telah menjadi

    daratan yang ditandai dengan Satuan Lava (Kartadinata, 2009). Setelah satuan ini terbentuk, satuan ini mengalami deformasi berupa Sesar Mengiri Turun. • Kemudian secara selaras di atas Satuan Lava terbentuk Satuan Tuf di daerah penelitian pada lingkungan medial volcaniclastic (Vessel dan Davis, 1981 op cit. Cas dan Wright, 1987). Setelah satuan tuff terendapkan, satuan ini mengalami berupa sesar geser menganan.
  30. Kesimpulan 1 • Daerah penelitian dibagi menjadi lima satuan geomorfologi,

    yaitu Punggungan Aliran Lava Cileuleuy, Satuan Perbukitan Pasir Angsana, dan Satuan Lembah Denudasional Cisaukeun • Secara stratigrafi, daerah penelitian dibagi menjadi empat satuan batuan tidak resmi dengan urutan dari tua ke muda diantaranya Satuan Batupasir, Satuan Batulempung, Satuan Lava, Satuan Tuff. • Struktur daerah penelitian terdiri berupa Sesar Naik Menganan Pasir Angsana, Sesar Geser Menganan Cigeblig, Sesar Menganan Naik Cisaukeun, dan Sesar Menganan Turun Rende.
  31. Kesimpulan 2 • Tipologi akuifer terdiri dari tipologi endapan gunungapi

    dan tipologi sistem akuifer sedimen terlipat. Jenis akuifer pada daerah penelitian adalah akuifer bebas. Tipe mata air yang ditemukan di daerah penelitian merupakan tipe mata air rekahan dan depresi. Terdapat 3 satuan akuifer yaitu Batupasir – Batulempung (MAT : 510-560 mdpl), Akuifer Lava Andesir (MAT : 395-535 mdpl), dan Akuifer Tuf (MAT : 540-595 mdpl). Relasi hidrodinamika antara aliran air pada akuifer dan sungai adalah dominan influent pada daerah penelitian. • Kualitas airtanah berdasarkan parameter pH, TDS, suhu, dan DHL menunjukkan sampel airtanah yang tidak memenuhi baku mutu air minum (pH < 6,5) berada di bagian barat daerah penelitian, dekat dengan Waduk Cirata. • Penentuan kualitas airtanah untuk keperluan irigasi menggunakan analisis Na%, SAR, RSC, diagram Wilcox, dan diagram USSL, hasil analisis terhadap keempat sampel mata air menghasilkan kualitas airtanah yang baik untuk keperluan irigasi
  32. Kesimpulan 2 • Fasies hidrokimia airtanah (Diagram Stiff) daerah penelitian

    terbagi menjadi Sampel A-8 termasuk ke dalam fasies magnesium klorida (MgCl2 ). Sampel A-13 dan A-20 termasuk ke dalam fasies magnesium bikarbonat (Mg2+(HCO3 -)2 ). Sampel A-16 termasuk ke dalam fasies kalsium bikarbonat (Ca2+(HCO3 -)2 ) • Faktor dominan yang mengontrol proses kimia airtanah (Diagram Gibbs) pada sampel A-13, A- 16, dan A-20 yaitu faktor dominan batuan. Faktor batuan tersebut berupa pelarutan karbonat (gipsum, kalsit, dan dolomit), pelapukan karbonat, dan pelapukan mineral silikat. Sedangkan, pada sampel A-8 faktor dominan yang mengontrol kimia airtanah yaitu faktor curah hujan, yang menjadikan reaksi pertukaran ion terbalik
  33. Referensi Aqrawi, O. S. dan Al-Mallah, A. Y. (2021). Hydrogeochemical

    Assessment of Selected Springs Water in Aqra Area, Duhok Governorate, Northern Iraq. Iraqi Geological Journal Vol. 54, No. 2E, pp. 134-149. Bemmelen, R.W.van. (1949). The Geology of Indonesia. The Hague: Government printing Office. Brahmantyo, B. dan Bandono. (2006): Klasifikasi bentuk muka bumi (landform) untuk pemetaan geomorfologi pada skala 1:25.000 dan aplikasinya untuk penataan ruang. Jurnal Geoaplika Vol. 1, No. 2, pp. 71–78. Chadha, D. K. (1999). A proposed new diagram for geochemical classification of natural waters and interpretation of chemical data. Hydrogeology Journal, 7(5), 431–439 Davis, S.N. and De Wiest, R.J.M. (1966) Hydrogeology, Vol. 463. Wiley, New York. Eaton, F. M., 1950.Significance of carbonates in irrigation waters. Soil science, 69(2), 123-134 Fetter, C.W. (2014). Applied hydrogeology fourth edition. USA: Prentice-Hall Inc. Fisher, R.S., dan Mullican, I.W.F. (1997). Hydrochemical evolution of sodium sulfate and sodium-chloride groundwater beneath the Northern Chihuahuan Desert, Trans-Pecos, Texas, USA. Hydrogeology Journal, 5(2), 4–16 Gibbs, R. (1970). Mechanism Controlling World River Water Chemistry. Science, Vol. 170, No. 3962, pp. 1088-1090. American Association for the Advancement of Science Hem, J.D. (1991). Study and interpretation of the chemical characteristics of natural waters (third edition). Jodphur: Scientific Publishers. Hidayat, A., Suprayogi, S., dan Cahyadi, A. (2016). Analisis Kesesuaian Kualitas air untuk Irigasi pada Beberapa Mataair di Kawasan Karst Sistem Goa Pindul. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Hounslow, A.W. (1995). Water quality data analysis and interpretation. Florida: CRC Press. Huggett, R. J. (2011). Fundamentals of geomorphology third editon. USA : Routledge.
  34. Referensi Kaban, A. E. (2011). Geologi Daerah Rendeh Dan Sekitarnya

    Kabupaten Bandung Barat-Jawa Barat. Institut Teknologi Bandung : Bandung Kartadinata, M.N. (2009). Tephrochronological Study on Eruptive History Old Sunda-Tangkuban Perahu Volcanic Complex, West Java, Indonesia. Jurnal Gunungapi dan Mitigasi Bencana Geologi Vol. 1, No.1 Kruseman, G.P. (1994). Analysis & evaluation of pumping test data. Wegeningen, The Netherlands: Publication 47 Larasati, N. H. (2020). Pengertian Suhu dan Kalor Menurut Ahli. Diakses dari https://www.diadona.id/ Mandel, S. (1981). Groundwater resources: investigation and development. Hebrew University of Jerusalem, Israel: Groundwater Research Center. Martodjojo, S., 1984. Evolusi Cekungan Bogor. Institute Technology Bandung, Bandung: Unpublished Doctoral Thesis. Pasaribu, M., Mudiana W., dan Sunarya Y. (1998). Peta hidrogeologi Indonesia, lembar Cianjur 1209-2 skala 1:100.000. Bandung: Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Peraturan Menterti Kesehatan No. 492/MENKES/PER/VI/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. (2010). Jakarta: Lembaga Negara Republik Indonesia. Peraturan Menterti Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. (1990). Jakarta: Lembaga Negara Republik Indonesia. Pettijohn, F.J. (1975). Sedimentary rocks, third edition. New York: Harper and Row. Piper, A.M., 1944. A graphic procedure in the geochemical interpretation of water analyses, Transition, American Geophysical union, 25, 914 – 923 Poehls, dan Smith. (2009). Encyclopedic Dictionary of Hydrogeology. USA. Elseiver. Puradimaja, D.J., Hutasoit, L.M., Lubis, F., dan Irawan, D.E. (2008). Modul praktikum hidrogeologi umum. Bandung: Program Studi Teknik Geologi ITB. Prayogi, T.E., dkk. (2016). Penilaian kualitas air tanah pada akuifer tidak tertekan untuk keperluan air minum di wilayah utara Cekungan Air Tanah Jakarta. Jakarta : Balai Konservasi Air Tanah.
  35. Referensi Sadashivaiah, C., Ramakrishnaiah, C. R., dan Ranganna, G. (2008).

    Hydrochemical Analysis and Evaluation of Groundwater Quality in Tumkur Taluk, Karnataka State, India. International Journal of Environmental Research and Public Health Vol 5, No. 3, pp 158-164. Sejati, S. P. (2019). Perbandingan Akurasi Metode idw dan Kriging dalam Pemetaan Muka Air Tanah. Majalah Geografi Indonesia Vol. 33, No.2, pp. 49-57. Sudjatmiko. (1972). Peta geologi lembar Cianjur skala 1:100.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Thornbury. 1970. Principle of Geomorphology. New York : John Willey and Sons, Inc,. Todd, D.K. dan Larry, W. M. (2005). Ground Water Hydrology Third Edition. New york: John Wiley & Sons, Inc. Travis, R. B. 1955. Classification of Rocks. Colorado School of Mines. Turgeon, A. (2000). Irrigation Water Quality. The Pennsylvania State University, USA. Verstappen, H. (1983). Applied Geomorphology: Geomorphological Surveys for Environmental Development. New York : El sevier. Vessels, R.K. dan Davies, D.K., 1981. Non Marine Sedimentation in an Active Fire Arc Basin, in F.G. Etridge & R.M. Flores (Eds.), Recent andAncient Non Marine Depositional Environments: Models forExploration. Society of Economic Paleontology, Special Publication, no 31. Walker, R. G. dan James, N. P., (1992). Facies Models Response to Sea Level Change. Geological Association of Canada. Wilcox, L.V. (1995). Classification and use of irrigation water. Washington: USDA. Younger, P.L. (2007). Groundwater in the environment: an introduction. Blackwell: London. Zuidam, R.V. (1985). Guide to geomorphic aerial photographic interpretation and mapping. The Hague, The Netherlands: Institute for Aerospace Survey and Earth Science