$30 off During Our Annual Pro Sale. View Details »

Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran Daerah Pangalengan Bagian Selatan dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran Daerah Pangalengan Bagian Selatan dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran Daerah Pangalengan Bagian Selatan dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Oleh:
Fadli Nurrohman Susena 12018033
Dosen Pembimbing:
Arif Susanto, S.T., M.T.
Dr. Dasapta Erwin Irawan, S.T., M.T.
Dr. Joko Nugroho

Dasapta Erwin Irawan

October 19, 2022
Tweet

More Decks by Dasapta Erwin Irawan

Other Decks in Research

Transcript

  1. Hidrogeologi, Analisis Kualitas, dan
    Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran
    Daerah Pangalengan Bagian Selatan dan
    Sekitarnya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
    Oleh:
    Fadli Nurrohman Susena
    12018033
    Dosen Pembimbing:
    Arif Susanto, S.T., M.T.
    Dr. Dasapta Erwin Irawan, S.T., M.T.
    1
    Tugas Akhir B Lapangan
    Program Studi Teknik Geologi
    Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
    Institut Teknologi Bandung
    2022

    View Slide

  2. Kerangka Presentasi
    01. Pendahuluan
    02. Geologi Daerah Penelitian
    03. Hidrogeologi Daerah Penelitian
    04. Analisis Kualitas Air Tanah
    05. Analisis Kerentanan Air Tanah terhadap Pencemaran
    06. Sintesis Geologi
    07. Kesimpulan
    2

    View Slide

  3. 01. Pendahuluan
    3

    View Slide

  4. Latar Belakang
    1. Kebutuhan air bersih meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk.
    2. Masyarakat bergantung pada air yang bersumber dari mata air sehingga
    diperlukan pengelolaan air yang baik dengan adanya penampungan (Gambar
    a).
    3. Indikasi pencemaran air tanah oleh penggunaan pupuk di daerah perkebunan
    dan pertanian (Gambar c).
    4. Indikasi adanya oksida besi (Gambar b).
    Pendahuluan // 4
    MG-03
    a b c

    View Slide

  5. Tujuan
    1. Mengetahui kondisi geologi daerah penelitian meliputi geomorfologi,
    stratigrafi, struktur geologi, dan sintesis geologi di daerah Pangalengan
    bagian selatan.
    2. Mengetahui kondisi hidrogeologi meliputi parameter fisik air tanah, satuan
    hidrogeologi, dan kualitas air tanah di daerah Pangalengan bagian selatan.
    3. Mengetahui tingkat kerentanan air tanah terhadap pencemaran di daerah
    Pangalengan bagian selatan.
    Pendahuluan // 5

    View Slide

  6. Daerah Penelitian
    1. Koordinat UTM ± 9193000 – 9201000 mN dan ± 783000- 790000 mE
    dengan Zona 48S.
    2. Meliputi 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Pangalengan dan Kertasari,
    Kabupaten Bandung dan Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut.
    3. Luas daerah 56 km2 dengan rentang elevasi 1025 – 2075 mdpl.
    Pendahuluan // 6

    View Slide

  7. Diagram
    Alir
    Penelitian
    Pendahuluan // 7

    View Slide

  8. Tabulasi
    Data
    Pendahuluan // 8
    No Data Jenis Data
    Jumlah
    Data
    Sumber
    1
    Parameter Fisik Mata Air
    (pH, TDS, EC, ORP,
    Salinitas, Temperatur)
    Primer 43 Pribadi
    2
    Parameter Fisik Mata Air
    (pH, TDS, EC, ORP,
    Salinitas, Temperatur)
    Sekunder 58 Suryajaya (2022)
    3
    Parameter Fisik Mata Air
    (pH, TDS, Temperatur)
    Sekunder 37 Estuaji (2021)
    4
    Parameter Fisik Mata Air
    (pH, TDS, Temperatur)
    Sekunder 52 Binadzier (2021)
    5
    Deskripsi Pengamatan
    Singkapan
    Primer 23 Pribadi
    6
    Deskripsi Pengamatan
    Singkapan
    Sekunder 103 Chandra (2016)
    7 Debit Mata Air Primer 7 Pribadi
    8
    Digital Elevation Model
    (DEM)
    Sekunder 1
    Badan Informasi Spasial
    (https;//tanahair.Indonesia.go.id/
    demnas)
    9 Curah Hujan Sekunder 1
    CHIRPS
    (https://data.chc.ucsb.edu/produc
    ts/CHIRPS-2.0/)
    10
    Elevasi Muka Air Tanah
    (Sumur)
    Primer 4 Pribadi

    View Slide

  9. 9
    02. Geologi Daerah
    Penelitian

    View Slide

  10. Fisiografi Regional
    Geologi // 10
    Secara fisiografi, daerah
    penelitian masuk ke dalam Zona
    Gunungapi Kwarter (van
    Bemmelen (1949) dalam
    Martodjojo (1984)).
    Sumber: van Bemmelen (1949)
    Daerah Penelitian

    View Slide

  11. Peta
    Geologi
    Regional
    Geologi // 11

    View Slide

  12. Peta
    Aliran
    Air
    Tanah
    Geologi // 12

    View Slide

  13. Analisis
    Khuluk
    Gumuk dan
    Puncak
    Erupsi
    Gunungapi
    Geologi // 13

    View Slide

  14. Peta
    Geomorfologi
    Geologi // 14

    View Slide

  15. Satuan Geomorfologi
    Geologi // 15
    Punggungan Aliran Piroklastik Gunung
    Ujungan
    Mencakup 21% daerah penelitian
    Kemiringan Lereng : 8 - 55°
    Elevasi : 1650 – 1037,5 mdpl
    Litologi : Breksi Piroklastik
    Warna : hijau gelap (A)
    Punggungan Aliran
    Piroklastik Gunung
    Haruman Kidul
    Selatan
    Utara
    Mencakup 37,5% daerah penelitian
    Kemiringan Lereng : 8 - 55°
    Elevasi : 1937,5 – 1325 mdpl
    Litologi : Breksi Piroklastik
    Warna : merah muda (B)
    A
    B
    C
    D
    E
    F
    G

    View Slide

  16. Satuan Geomorfologi
    Geologi // 16
    Punggungan Aliran Piroklastik Gunung
    Wareng
    Mencakup 5,5% daerah penelitian
    Kemiringan Lereng : 2 - 35°
    Elevasi : 1900 – 1550 mdpl
    Litologi : Breksi Piroklastik
    Warna : coklat terang (C)
    Punggungan Aliran Piroklastik Gunung
    Kancana
    Mencakup 4% daerah penelitian
    Kemiringan Lereng : 16 - 55°
    Elevasi : 2075 – 1700 mdpl
    Litologi : Breksi Piroklastik
    Warna : ungu (D)
    Barat
    Timur
    Punggungan Aliran
    Piroklastik Gunung
    Haruman Kidul
    A
    B
    C
    D
    E
    F
    G

    View Slide

  17. Satuan Geomorfologi
    Geologi // 17
    Utara
    Selatan
    Dataran Antar Gunungapi Pangalengan
    Mencakup 26%
    Kemiringan Lereng : 0 - 30°
    Elevasi : 1612,5 – 1200 mdpl
    Litologi : Breksi Piroklastik
    Warna : hijau terang (E)
    Punggungan Aliran
    Piroklastik Gunung
    Haruman Kidul
    A
    B
    C
    D
    E
    F
    G

    View Slide

  18. Satuan Geomorfologi
    Geologi // 18
    Selatan
    Utara
    Kerucut Gunungapi Windu
    Mencakup 1,2%
    Kemiringan Lereng : 8 - 55°
    Elevasi : 1975 – 1675 mdpl
    Litologi : Andesit
    Warna : biru (G)
    Punggungan Aliran Piroklastik Gunung
    Windu
    Mencakup 4%
    Kemiringan Lereng : 8 - 35°
    Elevasi : 1675 – 1537,5
    Litologi : Breksi Piroklastik
    Warna : biru pirus (F)
    A
    B
    C
    D
    E
    F
    G
    Dataran Antar Gunungapi Pangalengan

    View Slide

  19. Tahapan Geomorfik
    Geologi // 19
    Bentukan lembah sungai didominasi bentuk V yang tidak berkelok dan proses
    erosi dominan vertikal.
    Berdasarkan kriteria tahapan geomorfik (Davies, 1889 dalam Hugget, 2011),
    tahapan geomorfik daerah penelitian tergolong geomorfik muda.

    View Slide

  20. Peta
    Lintasan
    Geologi
    Geologi // 20

    View Slide

  21. Peta Geologi
    Geologi // 21

    View Slide

  22. Satuan Breksi Piroklastik Aliran Kancana (Kca)
    Geologi // 22
    Singkapan dijumpai di lereng bagian utara Gunung Kancana.
    Breksi piroklastik, coklat kekuningan, pemilahan buruk, kemas terbuka, butir menyudut tanggung, ukuran
    butir 0,5 cm – 1,5 m, komponen butiran (70%) terdiri dari andesit (60%) dan lapili (10%) dengan matriks
    (30%) berwarna coklat terang, terdiri dari gelas vulkanik berukuran debu kasar.
    Sumber: Satriana (2016) Keterangan:
    Mineral Opak (B5), Plagioklas (E2), Hornblenda (E7), dan Gelas Vulkanik (B2)
    CS-12
    Titik singkapan

    View Slide

  23. Geologi // 23
    Sumber: Satriana (2016)
    Singkapan dijumpai di daerah Desa Wanasuka.
    Andesit, abu-abu, porfiritik, fenokris (40%) terdiri dari plagioklas (15%), piroksen (15%), dan mineral opak
    (10%), berbentuk subhedral – anhedral, ukuran kristal 1 – 2 mm tertanam dalam massa dasar (60%) terdiri
    dari plagioklas (35%), gelas vulkanik (25%).
    Keterangan:
    Piroksen (A4), Plagioklas (B6), Mineral
    opak (B4), dan Gelas vulkanik (B2)
    Satuan Lava Andesit Wareng (Wrl)
    WNS-14
    Titik singkapan
    Selatan Utara

    View Slide

  24. Geologi // 24
    Sumber: Chandra (2016)
    Singkapan dijumpai di anak Sungai Cilaki di Desa Wanasuka.
    Breksi piroklastik, abu kecoklatan, pemilahan buruk, kemas terbuka, butir menyudut, ukuran butir lapili – blok
    (5 – 1200 mm), komponen butiran (60%) terdiri dari andesit dengan matriks (40%) berwarna coklat terang,
    terdiri dari kristal mika, hornblenda, dan gelas vulkanik berukuran debu kasar,.
    Baratlaut Tenggara
    Titik singkapan
    Satuan Breksi Piroklastik Aliran Wareng (Wra)
    BJS5-12

    View Slide

  25. Geologi // 25
    Sumber: Chandra (2016)
    Singkapan dijumpai di kaki Gunung Karancang sebelah barat, daerah Desa Sukalaksana.
    Andesit, abu-abu, porfiritik, inequigranular, fenokris (40%) terdiri dari plagioklas (30%), piroksen (7%),
    hornblenda (3%), bentuk kristal euhedral - subhedral, ukuran kristal 0,5 – 1,75 mm, massa dasar (60%) terdiri
    dari plagioklas (42%), gelas vulkanik (10%), dan piroksen (8%).
    Timurlaut
    Baratdaya
    Titik singkapan
    Satuan Lava Andesit Ujungan (Ul)
    SLS-2

    View Slide

  26. Geologi // 26
    Sumber: Chandra (2016)
    Singkapan dijumpai di Sungai Cilaki pada bagian timurlaut Gunung Ujungan.
    Batulapili, coklat kekuningan, pemilahan baik, kemas tertutup, butir menyudut tanggung, ukuran butir tuf
    kasar – lapili (1 – 6 mm), komponen butir (100%) terdiri dari litik andesit (80%)(Ltk), dan gelas vulkanik
    (20%)(Gls), berukuran lapili (1 – 4 mm), menyudut.
    Titik singkapan
    Satuan Batulapili Jatuhan Ujungan (Uj)
    UJG1-02

    View Slide

  27. Satuan Lava Andesit Haruman Kidul (Hl)
    Geologi // 27
    Sumber: Chandra (2016)
    Singkapan dijumpai di anak Sungai Cilaki pada bagian timur Gunung Ujungan.
    Andesit, abu-abu, afanitik, tekstur hipokristalin, fenokris (20%) terdiri dari plagioklas (10%), mineral opak
    (10%), bentuk kristal euhedral, ukuran kristal 0,1 – 0,5 mm tertanam oleh masadasar (80%) terdiri dari
    plagioklas (40%), gelas vulkanik (20%), dan mineral opak (20%), mempunyai struktur vesikuler dan
    autobreksia.
    Titik singkapan
    UJG1-03

    View Slide

  28. Satuan Breksi Piroklastik Aliran Haruman Kidul (Ha)
    Geologi // 28
    Singkapan dijumpai di daerah Desa Wanasuka.
    Breksi piroklastik, coklat kekuningan, pemilahan buruk, kemas terbuka, butir menyudut tanggung, ukuran butir
    lapili – blok (40 – 240 mm), komponen butiran (55%) terdiri dari plagioklas (25%), gelas vulkanik (10%), kuarsa
    (5%), hornblenda (5%), biotit (5%), dan litik (5%), dengan matriks (45%) terdiri dari gelas vulkanik.
    Sumber: Chandra (2016)
    Timur Barat
    Titik singkapan
    WNS-05

    View Slide

  29. Satuan Tuf Jatuhan Pangalengan 1 (Pgj1)
    Geologi // 29
    Plg
    Plg
    Hbl
    Hbl
    Gls
    Gls
    Sumber: Chandra (2016)
    Singkapan dijumpai di daerah Pasir Malang.
    Tuf, coklat, pemilahan buruk, kemas tertutup, komponen butir (10%) terdiri dari gelas (5%), kuarsa (3%),
    hornblenda (2%), plagioklas (2%), dan setempat mineral opak (1%), ukuran butir debu halus – kasar (0,2 - 1
    mm), berbentuk menyudut tertanam dalam matriks (90%) berupa gelas vulkanik (80%) dan kuarsa (10%).
    PSM1-04
    Titik singkapan

    View Slide

  30. Satuan Breksi Piroklastik Aliran Pangalengan (Pga)
    Geologi // 30
    Sumber:
    Chandra (2016)
    Singkapan dijumpai di daerah Desa Margaluyu.
    Breksi piroklastik, coklat terang, pemilahan buruk, kemas terbuka, butir menyudut tanggung, ukuran butir
    lapili – blok (30 – 150 mm), komponen butiran (70%) terdiri dari andesit (60%) dan lapili (10%) dengan
    matriks (30%) berwarna coklat terang, terdiri dari gelas vulkanik berukuran debu halus.
    Keterangan:
    A: Sayatan
    fragmen andesit
    B: Sayatan
    matriks
    A
    B
    Utara Selatan
    Titik singkapan
    MGS-01

    View Slide

  31. Satuan Tuf Jatuhan Pangalengan 2 (Pgj2)
    Geologi // 31
    Sumber: Chandra (2016)
    Singkapan dijumpai di daerah Sukamanah sebelah timur Situ Cileunca.
    Tuf, putih kecoklatan, pemilahan baik, kemas tertutup, komponen butir (20%) terdiri dari gelas (10%), kuarsa
    (5%), setempat litik (5%), ukuran butir debu halus (< 1 mm), berbentuk menyudut tertanam dalam matriks
    (80%) berupa gelas vulkanik.
    Titik singkapan
    MGM2-10

    View Slide

  32. Satuan Lava Andesit Windu (Wdl)
    Geologi // 32
    Sumber: Chandra (2016)
    Singkapan dijumpai di kaki Gunung Windu daerah Desa Wanasuka.
    Andesit, abu-abu, porfiritik, inequigranular, fenokris (45%) terdiri dari plagioklas (35%), piroksen (10%),
    hornblenda (5%), bentuk kristal euhedral - subhedral, ukuran kristal 1 – 3 mm tertanam dalam massa dasar
    (55%) terdiri dari plagioklas (35%), gelas vulkanik (15%), dan piroksen (5%).
    Titik singkapan
    WIN1-01

    View Slide

  33. Satuan Breksi Piroklastik Aliran Windu (Wda)
    Geologi // 33
    A
    B
    Singkapan dijumpai di kaki Gunung Windu.
    Breksi piroklastik, coklat, pemilahan buruk, kemas terbuka, butir menyudut, ukuran butir blok (40 – 2600 mm),
    komponen butiran (60%) terdiri dari andesit dengan matriks (40%) berwarna coklat terang, terdiri dari gelas
    vulkanik berukuran debu halus.
    Keterangan:
    A: Sayatan fragmen andesit
    B: Sayatan matriks
    Sumber: Chandra (2016)
    Titik singkapan
    WIN2-01

    View Slide

  34. Struktur Geologi
    Struktur batuan berdasarkan proses pembentukannya
    dapat dibagi menjadi 2, yaitu struktur primer dan
    sekunder.
    - Struktur primer merupakan struktur yang terbentuk
    bersamaan dengan terbentuknya batuan.
    - Struktur sekunder merupakan struktur yang terbentuk
    setelah batuan terbentuk.
    Geologi // 34
    Struktur yang dijumpai pada daerah penelitian, antara lain:
    - Struktur primer : autobreksi.
    - Struktur sekunder : Sesar Turun Banjarsari, Sesar Menganan Citawa.
    Sumber : Encyclopædia Britannica, Inc.

    View Slide

  35. Struktur Geologi Primer
    Geologi // 35
    Struktur geologi primer di daerah penelitian
    berupa autobreksi yang dapat dijumpai di
    anak Sungai Cihurangan.
    Sumber: Chandra (2016)
    UJG1-03

    View Slide

  36. Struktur Sesar Turun Banjarsari
    Geologi // 36
    Bukti keberadaan sesar berdasarkan pada citra
    SRTM (a) dan pengamatan lapangan berupa
    keberadaan mataair dingin dan panas berjenis
    rekahan (b) di sekitar kelurusan zona sesar.
    b a
    c
    WN-11
    Sumber: Chandra (2016)

    View Slide

  37. Struktur Sesar Menganan Citawa
    Geologi // 37
    Bukti keberadaan sesar berdasarkan pada
    pengamatan lapangan berupa keberadaan
    singkapan alterasi di daerah Cibolang (a), solfatara
    di Kawah Windu, dan cermin sesar (b) dengan
    kedudukan N125°E/76° yang menunjukkan sesar
    menganan (Chandra, 2016).
    Barat Laut Tenggara
    Sumber: Chandra (2016)
    WNS-08 b
    a

    View Slide

  38. Geologi // 38
    Struktur Kawah Gunung Windu
    Struktur collapse pada Gunung Windu
    disebabkan adanya aktivitas hidrotermal yang
    melemahkan batuan, rekahan yang memicu
    runtuhan saat letusan terjadi, serta Sesar
    Menganan Citawa menyisakan bentukan struktur
    melingkar.
    Bukti yang dapat dijumpai di lapangan berupa
    adanya solfatara dan alterasi yang intensif di
    sekitar Kawah Windu.
    Sumber: Chandra (2016)

    View Slide

  39. 39
    03. Hidrogeologi
    Daerah Penelitian

    View Slide

  40. Peta
    Hidrogeologi
    Regional
    Hidrogeologi // 40

    View Slide

  41. Hidrogeologi
    Pada daerah penelitian mempunyai tipologi sistem akuifer endapan gunungapi dengan
    jenis akuifer berupa akuifer tak tertekan/bebas yang dibatasi oleh akuiklud sebagai batas
    bawah lapisan.
    Jenis mataair di daaerah penelitian dapat dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan Fetter
    (2014), yaitu mataair depresi (a) dan mataair rekahan (b).
    Hidrogeologi // 41
    WN-11
    MG-01
    a
    b
    Tipologi sistem akuifer endapan gunungapi
    (Sumber: Mandel (1981))
    Skema akuifer bebas
    (Sumber: Mandel (1981))

    View Slide

  42. Peta Hidrogeologi
    Hidrogeologi // 42

    View Slide

  43. Penampang Hidrogeologi
    Hidrogeologi // 43

    View Slide

  44. Akuifer Breksi Kancana
    Hidrogeologi // 44
    Dijumpai 4 titik mataair yang terdiri dari mataair
    depresi (a) dan mataair rekahan dengan litologi
    berupa breksi piroklastik.
    18.7
    6.17
    88
    44
    0
    65
    Suhu Air
    pH
    EC
    TDS
    Salinitas
    ORP
    0 20 40 60 80 100
    Nilai Parameter Fisik CSR-SR
    Titik singkapan berada
    di luar daerah
    penelitian
    Selatan Utara
    CSR-SR
    Sumber : Suryajaya (2022)
    a

    View Slide

  45. Akuifer Rekahan Andesit Wareng
    Hidrogeologi // 45
    Dijumpai 4 titik mataair yang terdiri dari mataair depresi
    dengan litologi berupa andesit.
    20.5
    5.88
    89
    44
    0
    190
    Suhu Air
    pH
    EC
    TDS
    Salinitas
    ORP
    0 50 100 150 200
    Nilai Parameter Fisik ST-01
    Barat Timur
    ST-01
    Timurlaut Baratdaya
    ST-02

    View Slide

  46. Akuifer Rekahan Andesit Ujungan
    Hidrogeologi // 46
    Dijumpai 5 titik mataair yang terdiri dari mataair rekahan (a)
    dan mataair depresi (b) dengan litologi berupa andesit.
    Timurlaut Baratdaya
    Barat Timur
    SL-04
    SL-01
    22
    6.65
    102
    56
    0
    113
    Suhu Air
    pH
    EC
    TDS
    Salinitas
    ORP
    0 20 40 60 80 100 120
    Nilai Parameter Fisik SL-01
    a
    b

    View Slide

  47. Akuifer Breksi Haruman Kidul
    Hidrogeologi // 47
    Dijumpai 12 titik mataair yang terdiri dari mataair
    depresi dengan litologi berupa breksi piroklastik.
    20.8
    5.27
    40
    21
    0
    250
    Suhu Air
    pH
    EC
    TDS
    Salinitas
    ORP
    0 50 100 150 200 250 300
    Nilai Parameter Fisik WN-21
    Baratlaut Tenggara
    WN-16
    Tenggara Baratlaut
    WN-21

    View Slide

  48. Akuifer Breksi-Tuf Pangalengan
    Hidrogeologi // 48
    Dijumpai 12 titik mataair yang terdiri dari mataair
    depresi dengan litologi berupa breksi piroklastik
    dan tuf.
    Utara Selatan
    WN-03
    23
    5.54
    200
    100
    0.01
    222
    Suhu Air
    pH
    EC
    TDS
    Salinitas
    ORP
    0 50 100 150 200 250
    Nilai Parameter Fisik MG-06
    Barat Timur
    MG-06

    View Slide

  49. Akuifer Rekahan Andesit Windu
    Hidrogeologi // 49
    Dijumpai 6 titik mataair yang terdiri dari mataair
    depresi (a) dan mataair rekahan (b) dengan litologi
    berupa andesit.
    50
    6.35
    1114
    580
    0.05
    123
    Suhu Air
    pH
    EC
    TDS
    Salinitas
    ORP
    0 200 400 600 800 1000 1200
    Nilai Parameter Fisik WN-11
    Baratlaut
    Tenggara
    WN-11
    Barat Timur
    BJ-04
    a
    b

    View Slide

  50. Analisis Kualitas
    Air Tanah
    04.
    50

    View Slide

  51. Data Sifat Fisik Air Tanah
    Kualitas Air Tanah // 51
    No Nama Northing (Y) Easting (X)
    Elevasi
    (mdpl)
    Suhu
    Permukaan
    (°C)
    Suhu Air
    (°C)
    pH EC (μs/cm) TDS (ppm)
    Salinitas
    (%)
    ORP (mV) Debit (L/s)
    Kedalaman
    (m)
    Keterangan
    1 BJ-01 9200346 788853 1538 22,1 20 7,87 191 95 0 165 - 0
    Mataair
    Dingin
    2
    BJ-02
    (Cailiao)
    9199727 788163 1500 24 21,3 6,52 98 49 0 168 - 0
    Mataair
    Dingin
    3 BJ-03 9199861 788274 1507 25,4 21,8 6,35 116 58 0 177 - 0
    Mataair
    Dingin
    4 BJ-04 9200373 788423 1610 22 19,1 7,42 74 38 0 179 - 0
    Mataair
    Dingin
    5 BJ-05 9198483 785288 1565 26,6 24,1 5,73 42 21 0 250 - 0
    Mataair
    Dingin
    6 MG-1 9201232 782891 1448 21,8 21,2 6,3 172 86 0 -12 - 0
    Mataair
    Dingin
    7 MG-2 9201225 782910 1451 21,8 20,9 6,85 151 75 0 -43 - 0
    Mataair
    Dingin
    8 MG-3 9201176 784072 1481 24 20,9 5,35 96 48 0 201 - 0
    Mataair
    Dingin
    9 MG-4 9200135 783717 1461 23,8 22,1 6,23 194 98 0 165 - 4 Sumur Bor
    10 MG-5 9200109 783722 1461 26 21 5,73 159 79 0 194 - 0
    Mataair
    Dingin

    View Slide

  52. Data Sifat Fisik Air Tanah
    Kualitas Air Tanah // 52
    No Nama Northing (Y) Easting (X)
    Elevasi
    (mdpl)
    Suhu
    Permukaan
    (°C)
    Suhu Air
    (°C)
    pH EC (μs/cm) TDS (ppm)
    Salinitas
    (%)
    ORP (mV) Debit (L/s)
    Kedalaman
    (m)
    Keterangan
    11 MG-6 9199896 783787 1445 25,7 23 5,54 200 100 0,01 222 0,075 0
    Mataair
    Dingin
    12 MG-7 9199994 783800 1456 25,1 23 5,99 172 86 0 208 - 0
    Mataair
    Dingin
    13 ST-01 9196135 789520 1614 24,2 20,5 5,88 89 44 0 190 - 0
    Mataair
    Dingin
    14 ST-02 9196158 789595 1622 22,4 20,1 5,6 62 31 0 212 - 0
    Mataair
    Dingin
    15 WN-01 9198394 789065 1508 22 21,3 6,9 71 36 0 152 - 0
    Mataair
    Dingin
    16 WN-02 9198380 789048 1510 22 20,2 5,71 56 28 0 168 0,5 0
    Mataair
    Dingin
    17 WN-03 9198236 789188 1525 25,7 22,7 6,05 80 40 0 158 - 0
    Mataair
    Dingin
    18 WN-04 9198123 789211 1539 26,3 22,7 7,4 64 32 0 116 - 0
    Mataair
    Dingin
    19 WN-05 9198184 789206 1549 25,6 22,4 6,3 67 34 0 160 - 0
    Mataair
    Dingin
    20 WN-06 9198245 788946 1547 25,7 23,5 5,85 120 60 0 188 - 6 Sumur Bor

    View Slide

  53. Data Sifat Fisik Air Tanah
    Kualitas Air Tanah // 53
    No Nama Northing (Y) Easting (X)
    Elevasi
    (mdpl)
    Suhu
    Permukaan
    (°C)
    Suhu Air
    (°C)
    pH EC (μs/cm) TDS (ppm)
    Salinitas
    (%)
    ORP (mV) Debit (L/s)
    Kedalaman
    (m)
    Keterangan
    21 WN-07 9196528 789024 1559 22,5 20,9 6,03 103 51 0 196 - 5 Sumur Bor
    22 WN-08 9196607 789040 1558 22,5 20,6 5,82 56 28 0 204 - 5 Sumur Bor
    23 WN-09 9199454 789073 1529 25 27 6,6 423 210 0,02 145 0,023 0
    Mataair
    Dingin
    24 WN-10 9199584 789104 1539 25 22,1 7,01 138 69 0 131 - 0
    Mataair
    Dingin
    25 WN-11 9199753 789079 1529 23,6 50 6,35 1114 580 0,05 123 0,022 0
    Mataair
    Panas
    26 WN-12 9198285 786247 1531 22 20 5,97 56 28 0 151 - 0
    Mataair
    Dingin
    27 WN-13 9198465 786104 1522 23,2 20,8 5,11 204 103 0,01 263 - 0
    Mataair
    Dingin
    28 WN-14 9198464 786108 1519 23,7 21,8 5,07 211 104 0,01 290 - 0
    Mataair
    Dingin
    29 WN-15 9198518 786584 1523 22,3 21 5,3 68 35 0 277 - 0
    Mataair
    Dingin
    30 WN-16 9198542 786601 1521 22,3 21,2 5,38 64 33 0 282 - 0
    Mataair
    Dingin

    View Slide

  54. Data Sifat Fisik Air Tanah
    Kualitas Air Tanah // 54
    No Nama
    Northing
    (Y)
    Easting (X)
    Elevasi
    (mdpl)
    Suhu
    Permukaan
    (°C)
    Suhu Air
    (°C)
    pH
    EC
    (μs/cm)
    TDS
    (ppm)
    Salinitas
    (%)
    ORP
    (mV)
    Debit
    (L/s)
    Kedalam
    an (m)
    Keterangan
    31 WN-17 9196396 786319 1432 26,2 21,4 7,71 74 34 0
    158 - 0
    Mataair
    Dingin
    32 WN-18 9199803 789033 1513 22 24 7,84 1131 578 0,05
    112 - 0
    Mataair
    Dingin
    33 WN-19 9197852 786381 1555 21 18,7 5,34 76 38 0
    225 - 0
    Mataair
    Dingin
    34 WN-20 9197538 786302 1549 20,5 19,1 5,52 48 23 0
    247 - 0
    Mataair
    Dingin
    35 WN-21 9197632 785993 1516 22,2 20,8 5,27 40 21 0
    250 - 0
    Mataair
    Dingin
    36 WN-22 9198013 785488 1506 25,3 22 5,16 39 19 0
    272 - 0
    Mataair
    Dingin
    37 WN-23 9198030 785476 1501 26,4 23,3 5,32 26 13 0
    270 0,157 0
    Mataair
    Dingin
    38 SL-01 9194424 782940 1080 26 22 6,65 102 56 0
    113 0,045 0
    Mataair
    Dingin
    39 SL-02 9194165 782747 1093 24 23 6,32 105 59 0
    117 - 0
    Mataair
    Dingin
    40 SL-03 9194187 782767 1081 24,2 21 7,5 42 21 0
    93 1 0
    Mataair
    Dingin
    41 SL-04 9193118 782534 1136 24 21,8 5,5 52 26 0
    90 - 0
    Mataair
    Dingin
    42 SL-05 9195051 783495 1333 23,5 20 7,2 55 27 0
    123 - 0
    Mataair
    Dingin
    43 SL-06 9195049 783515 1339 21 19 7,35 54 28 0
    122 - 0
    Mataair
    Dingin

    View Slide

  55. Kualitas Air Tanah // 55
    Berdasarkan Permenkes No. 492 tahun 2010 pasal 3
    ayat 1, kadar pH yang diperbolehkan berkisar antara
    6,5 hingga 8,5.
    pH
    Grafik distribusi nilai pH

    View Slide

  56. Kualitas Air Tanah // 56
    Berdasarkan Permenkes No. 492 tahun 2010 pasal 3
    ayat 1, kadar maksimum TDS yang diperbolehkan
    adalah 500 ppm.
    Grafik distribusi nilai TDS
    Total Dissolved Solid (TDS)

    View Slide

  57. Kualitas Air Tanah // 57
    Menurut Subba Rao dkk., (2012), EC dapat diklasifikasikan
    sebagai tipe I (pengayaan garam rendah) dengan nilai EC <
    1.500 μS/cm; tipe II (pengayaan garam sedang) dengan nilai
    EC 1.500 –3.000 μS/cm; dan tipe III (pengayaan garam tinggi)
    dengan nilai EC > 3.000 μS/cm.
    Electrical Conductivity (EC)
    Grafik distribusi nilai EC

    View Slide

  58. Kualitas Air Tanah // 58
    ORP mengukur kemampuan air untuk
    membersihkan dirinya sendiri atau memecah
    produk limbah seperti kontaminan. Semakin tinggi
    nilai ORP maka semakin banyak oksigen di dalam
    air.
    Oxidation Reduction Potential (ORP)
    Grafik distribusi nilai ORP

    View Slide

  59. Kualitas Air Tanah // 59
    Berdasarkan klasifikasi salinitas European
    Commission (2011), air tanah di daerah penelitian
    tergolong air tawar karena bernilai antara 0 hingga
    0,05%.
    Salinitas
    Grafik distribusi nilai salinitas.

    View Slide

  60. Kualitas Air Tanah // 60
    Berdasarkan hasil hierarchical clustering, air tanah terbagi menjadi 2 jenis, mesothermal (air dingin) dan hyperthermal
    (air panas).
    Hierarchical
    Clustering

    View Slide

  61. Analisis Kerentanan Air
    Tanah terhadap
    Pencemaran
    05.
    61

    View Slide

  62. Susceptibility Index (SI)
    Kerentanan Air Tanah // 62
    Kerentanan air tanah merupakan kemampuan suatu air tanah dalam bertahan terhadap polusi dan
    kontaminan pada permukaan tanah sampai dengan muka air tanah atau pada daerah akuifer (Harter dan
    Walker, 2001).
    Parameter yang digunakan dalam metode SI dan bobotnya berdasarkan Bartzas (2015) adalah sebagai
    berikut:
    - Kedalaman muka air tanah (D) dengan bobot 0,186
    - Imbuhan air tanah (R) dengan bobot 0,212
    - Media Akuifer (A) dengan bobot 0,259
    - Topografi atau kemiringan lereng (T) dengan bobot 0,121
    - Penggunaan lahan (LU) dengan bobot 0,222
    Nilai setiap parameter SI merupakan 10 kali dari nilai kelas di pada metode DRASTIC. Perhitungan dalam
    metode SI adalah sebagai berikut:
    Indeks SI = Dr
    Dw
    + Rr
    RW
    + Ar
    AW
    + Tr
    TW
    + LUr
    LUW

    View Slide

  63. Imbuhan Air Tanah (R)
    Kedalaman muka air tanah mempengaruhi
    kemampuan zat pencemar untuk mencemari air
    tanah. Semakin dekat dengan permukaan maka
    zat pencemar juga semakin mudah untuk
    mencemari air tanah.
    Kerentanan Air Tanah // 63
    Kedalaman MAT (D)
    Intensitas curah hujan mempengaruhi jumlah
    kontaminan yang dapat menginfiltrasi tanah hingga
    masuk ke dalam sistem air tanah.
    Pembobotan niai kelas berdasarkan Aller dkk., (1987)

    View Slide

  64. Media Akuifer (A)
    Kerentanan Air Tanah // 64
    Kemiringan Lereng (T)
    Setiap litologi mempunyai nilai permeabilitas dan
    porositas yang berbeda. Oleh sebab itu, semakin
    besar nilai permeabilitas suatu batuan maka
    kontaminan dapat dengan mudah berpindah
    tempat.
    Semakin curam lereng maka semakin lama
    kontaminan menjadi limpasan di permukaan begitu
    juga sebaliknya.
    Pembobotan niai kelas berdasarkan Aller dkk., (1987)

    View Slide

  65. Kerentanan Air Tanah // 65
    Tata Guna Lahan (LU)
    Sumber kontaminan biasanya
    berasal dari aktivitas manusia
    yang dapat berupa
    permukiman, pertanian,
    perkebunan, dan lain
    sebagainya.
    Pembobotan niai kelas berdasarkan Ribeiro dkk. (2000) dalam Bartzas dkk. (2015)

    View Slide

  66. Kerentanan Air Tanah // 66
    Peta Kerentanan Air Tanah terhadap
    Pencemaran
    Berdasarkan 5 parameter yang telah analisis
    menggunakan metode SI, daerah penelitian
    dibagi menjadi 5 rentang nilai, diantaranya:
    - Sangat rendah (44,8 – 48,93)
    - Rendah (48,94 – 60,21)
    - Sedang (60,22 – 70,53)
    - Tinggi (70,54 – 74,82)
    - Sangat tinggi (74,83 – 85,3)
    Daerah dengan kerentanan tinggi mendominasi
    di bagian utara hingga timur.

    View Slide

  67. Kerentanan Air Tanah // 67
    Validasi di Lapangan
    Nilai kerentanan terhadap
    pencemaran di daerah penelitian
    berkisar antara 44,8 hingga 85,3
    dan didominasi oleh batuan
    piroklastik yang mana memiliki
    nilai permeabilitas dan porositas
    yang tinggi sehingga zat
    pencemar dapat dengan mudah
    tersebar.
    Barat Timur
    SL-01
    Utara Selatan
    MG-07

    View Slide

  68. Sintesis Geologi
    06.
    Sintesis Geologi // 68

    View Slide

  69. Tahap 1
    Sintesis Geologi // 69
    Tahap pertama terjadi pada Plistosen Awal, ketika
    aktivitas vulkanisme terjadi di daerah selatan daerah
    penelitian yaitu di Gunungapi Kancana sebagai
    pusat erupsi.
    Terjadinya siklus hidrologi berupa presipitasi dan
    infiltrasi pada daerah Gunung Kancana.

    View Slide

  70. Tahap 2
    Sintesis Geologi // 70
    Aktivitas vulkanisme dari Gunung Kancana
    berlangsung pada lereng bagian utara yang
    menyebabkan terjadinya erupsi samping Gunung
    Wareng yang menghasilkan produk lava andesit
    (Wrl) dan aliran piroklastik (Wra).
    Terjadinya siklus hidrologi berupa presipitasi
    dan infiltrasi pada daerah Gunung Wareng.
    1
    2

    View Slide

  71. Tahap 3
    Sintesis Geologi // 71
    Aktivitas vulkanisme bergeser ke arah barat yaitu
    Gunung Ujungan sebagai pusat erupsi baru. Erupsi
    yang terjadi bersifat efusif menghasilkan produk
    aliran lava (Ul) dan produk jatuhan piroklastik (Uj).
    Terjadinya siklus hidrologi berupa presipitasi dan
    infiltrasi pada daerah Gunung Ujungan.
    1
    2

    View Slide

  72. Tahap 4
    Sintesis Geologi // 72
    Selanjutnya vulkanisme bergeser ke arah timur
    tepatnya pada Kawah Haruman Kidul yang bersifat
    erupsi pusat. Erupsi yang terjadi bersifat eksplosif
    menghasilkan aliran piroklastik (Ha) dan aliran lava
    andesit (Hl).
    Terjadinya siklus hidrologi berupa presipitasi dan
    infiltrasi pada daerah Gunung Haruman Kidul.
    1
    2

    View Slide

  73. Tahap 5
    Sintesis Geologi // 73
    Aktivitas vulkanisme dari gunungapi di sekitar dataran
    Pangalengan seperti Gunung Kendang, Gunung Kuda,
    Gunung Tilu, dan Gunung Lamajang yang
    menghasilkan endapan jatuhan (Pgj1 dan Pgj2) serta
    piroklastik aliran (Pga). Kemudian terjadi sesar berarah
    utara-selatan pada bagian timur daerah penelitian
    berupa Sesar Turun Banjarsari.
    Terjadinya siklus hidrologi berupa presipitasi dan
    infiltrasi pada daerah dataran Pangalengan serta
    terbentuknya Sesar Turun Banjarsari pada Akuifer
    Breksi Pangalengan yang menerus ke arah selatan.
    1
    2
    3 4
    A
    B

    View Slide

  74. Tahap 6
    Sintesis Geologi // 74
    Aktivitas vulkanisme berlangsung pada bagian timur
    daerah penelitian yaitu pada Gunung Windu
    sebagai pusat erupsi yang menghasilkan produk
    berupa lava andesit (Wdl) dan aliran piroklastik
    (Wda) pada 0,1 juta tahun yang lalu (Bogie dan
    Mackanzie, 1998).
    Terjadinya siklus hidrologi berupa presipitasi dan
    infiltrasi pada daerah Gunung Windu.

    View Slide

  75. Tahap 7
    Sintesis Geologi // 75
    Pembentukan sesar mendatar pada daerah penelitian
    dengan arah baratlaut-tenggara. Pembentukan sesar
    diakibatkan adanya tegasan utama yang terjadi di Pulau
    Jawa berarah utara-selatan sejak Pliosen (Alzwar dkk.,
    1992). Sesar Menganan Citawa terbentuk yang
    menyebabkan terbentuknya zona permeabel sehingga
    memungkinkan terjadinya sirkulasi fluida hidrotermal
    yang menyebabkan batuan mengalami alterasi menjadi
    lebih lunak di daerah Kawah Windu.
    Terbentuknya zona permeabel yang ditunjukkan oleh
    kehadiran mataair jenis rekahan ketika pembentukan
    Sesar Citawa.

    View Slide

  76. Tahap 8
    Sintesis Geologi // 76
    Kondisi geologi daerah penelitian saat ini
    memungkinkan terbentuknya zona permeabel akibat
    struktur geologi maupun kontak antar litologi yang
    ditunjukkan oleh kehadiran mataair.
    Proses eksogen seperti erosi dan pelapukan
    menyebabkan munculnya mataair berjenis mataair
    depresi di permukaan.

    View Slide

  77. Kesimpulan
    07.
    77

    View Slide

  78. - Daerah penelitian dibagi menjadi 7 satuan geomorfologi, antara lain: Kerucut Gunungapi
    Windu, Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Windu, Punggungan Aliran Piroklastik
    Gunung Wareng, Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Kancana, Punggungan Aliran
    Piroklastik Gunung Haruman Kidul, Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Ujungan,
    dan Dataran Antar Gunungapi Pangalengan. Tahapan geomorfologi daerah penelitian
    tergolong tahapan geomorfologi muda.
    - Daerah penelitian dibagi menjadi 12 satuan geologi dengan urutan tua ke muda, antara
    lain: Satuan Breksi Piroklastik Aliran Kancana (Kca), Satuan Lava Andesit Wareng
    (Wrl), Satuan Breksi Piroklastik Aliran Wareng (Wra), Satuan Lava Andesit Ujungan
    (Ul), Satuan Batulapili Jatuhan Ujungan (Uj), Satuan Lava Andesit Haruman Kidul (Hl),
    Satuan Breksi Piroklastik Aliran Haruman Kidul (Ha), Satuan Tuf Jatuhan Pangalengan
    1 (Pgj1), Satuan Breksi Piroklastik Aliran Pangalengan (Pga), Satuan Tuf Jatuhan
    Pangalengan 2 (Pgj2), Satuan Lava Andesit Windu (Wdl), dan Satuan Breksi
    Piroklastik Aliran Windu (Wda).
    Kesimpulan
    Kesimpulan // 78

    View Slide

  79. Kesimpulan // 79
    Kesimpulan
    - Daerah penelitian dibagi menjadi 6 satuan hidrogeologi, antara lain: Akuifer Breksi
    Kancana, Akuifer Rekahan Andesit Wareng, Akuifer Rekahan Andesit Ujungan, Akuifer
    Breksi Haruman Kidul, Akuifer Rekahan Breksi-Tuf Pangalengan, dan Akuifer Rekahan
    Andesit Windu.
    - Berdasarkan Permenkes No, 492 Tahun 2010 pasal 3 ayat 1 terkait baku mutu air minum,
    dari 43 titik mataair, terdapat 12 titik mataair yang memenuhi standar pH dan TDS yaitu
    BJ-02, WN-09, SL-01, WN-01, WN-10, SL-05, SL-06, WN-04, BJ-04, SL-03, WN-17,
    dan BJ-01.
    - Berdasarkan klasifikasi EC oleh Subba Rao dkk., (2012), semua titik mataair tergolong tipe
    I dengan tingkat pengayaan garam rendah.
    - Berdasarkan nilai ORP nya, terdapat 20 titik mataair dengan nilai yang tinggi menandakan
    tingkat oksidasi yang kuat.

    View Slide

  80. Kesimpulan
    Kesimpulan // 80
    - Berdasarkan klasifikasi salinitas European Commission (2011), air tanah di daerah
    penelitian termasuk ke dalam air tawar.
    - Daerah dengan tingkat kerentanan sangat rendah dan rendah berada pada daerah barat
    hingga tenggara, kerentanan sedang berada pada daerah baratdaya, kerentanan tinggi
    dan sangat tinggi berada di daerah baratlaut hingga timur daerah penelitian, Daerah
    dengan tingkat kerentanan yang tinggi divalidasi oleh kondisi mataair yang keruh serta
    tidak memenuhi persyaratan baku mutu air minum yang baik. Hal tersebut disebabkan
    karena kegiatan antropogenik dengan litologi dominan batuan piroklastik yang memiliki
    porositas dan permeabilitas yang baik.

    View Slide

  81. Daftar Pustaka
    Kesimpulan // 81
    Aller, L. (1985): DRASTIC: a standardized system for evaluating ground water pollution potential using hydrogeologic settings. Robert S. Kerr Environmental
    Research Laboratory, Office of Research and Development, US Environmental Protection Agency.
    Alzwar, M., Akbar, N., dan Bachri, S. (1992): Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk, skala 1: 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, ESDM,
    Bandung.
    Bartzas, G., Tinivella, F., Medini, L., Zaharaki, D., dan Komnitsas, K. (2015): Assessment of groundwater contamination risk in an agricultural area in north Italy,
    Information Processing in Agriculture, 2(2), 109–129. https://doi.org/10.1016/j.inpa.2015.06.004
    Bogie, I., dan Mackenzie. (1998): The Application of a Volcanic Facies Model to an Andesitic Stratovolcano Hosted Geothermal System at Wayang Windu Java
    Indonesia, In Proceeding 20th NZ Geothermal Workshop, 265-270.
    Brahmantyo, B., dan Salim, B. (2006): Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1: 25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan
    Ruang, Jurnal Geoaplika, 1(2), 71-79.
    European Commission. Directorate General for the Environment (2011): Technical guidance for deriving environmental quality standards. Guidance document. No 27,
    Publications Office, LU.
    Fauzi, A., Permana, H., Indarto, S., dan Gaffar, E. Z. (2015): Regional structure control on geothermal systems in West Java Indonesia, In Proceedings World
    Geothermal Congress.
    Fetter, C. W. (2001): Applied hydrogeology, Upper Saddle River, N.J: Prentice Hall.
    Fetter, C. W., Boving, T., dan Kreamer, D. (2018): Contaminant hydrogeology (Third edition), Waveland Press, Inc, Long Grove, Illinois, 647.
    Freeze, R. A., dan Cherry, J. A. (1979): Groundwater, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, N.J, 604.
    Harter, T., dan Walker, L. G. (2001): Assessing vulnerability of groundwater (Vol. 3). California.
    Huggett, R. J. (2017): Fundamentals of geomorphology (Routledge fundamentals of physical geography series, Fourth edition), Routledge, Taylor & Francis Group,
    London ; New York, 543.
    Irawan, D.E. dan Puradimaja, D.J. (2012): Lembar kerja: panduan hidrogeologi umum (GL-2121) Bandung, Kelompok Keahlian Geologi Terapan.

    View Slide

  82. Daftar Pustaka
    Kesimpulan // 82
    Martodjojo, S. (1984): Evolusi Cekungan Bogor, Disertasi Program Doktor, Institut Teknologi Bandung.
    Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
    Soetrisno, S. (1983): Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar Bandung skala 1:250.000, Direktorat Geologi Tata Lingkungan Bandung.
    Stigter, T. Y., Ribeiro, L., dan Dill, A. M. M. C. (2006): Evaluation of an intrinsic and a specific vulnerability assessment method in comparison with groundwater
    salinisation and nitrate contamination levels in two agricultural regions in the south of Portugal, Hydrogeology Journal, 14(1–2), 79–99.
    https://doi.org/10.1007/s10040-004-0396-3.
    Subba Rao, N., Subrahmanyam, A., Ravi Kumar, S., Srinivasulu, N., Babu Rao, G., Rao, P. S., dan Reddy, G. V. (2012): Geochemistry and quality of groundwater of
    Gummanampadu sub-basin, Guntur District, Andhra Pradesh, India. Environmental Earth Sciences, 67(5), 1451-1471.
    Sudarto, Retnowaty, S.F., Fitri, Y., dan Suroso, A. (2015): Uji pH dan Fisis Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Jurnal Photon, 5(2).
    van Bemmelen, R. V. (1949): The Geology of Indonesia, vol. IA: General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, The Hague, Martinus Nijhoff, 1.
    Wetzel, R. G. (2001): Limnology: lake and river ecosystems (3rd ed), Academic Press, San Diego, 1006.
    Zahra, S. F., Putranto, T.T., dan Muhammad, F. (2021): Penilaian Kualitas Airtanah untuk Air Minum dan Air Irigasi di Kota Banjarbaru dan sekitarnya, Jurnal Geosains
    dan Teknologi, 4(2).
    Pustaka dari situs internet:
    Badan Informasi Geospasial (2018): DEMNAS. Diperoleh melalui situs https://tanahair.indonesia.go.id/demnas/#/demnas, diakses pada tanggal 25 April 2022.
    Data Curah Hujan: CHIRPS. Diperoleh melalui situs https://data.chc.ucsb.edu/products/CHIRPS-2.0/, diakses tanggal 6 Mei 2022.

    View Slide

  83. Terimakasih…

    View Slide