Groundwater Potential and Quality Assessment
in Slums Area, Bima City, West Nusa Tenggara,
Indonesia
Version 1 (seminar)
Student: PASCALIA VINCA ALVANDO 22719305
Program: Groundwater Engineering Master’s Program, Faculty of Earth Sciences and Technology, Bandung Institute of Technology
Supervisors: Dr. Dasapta Erwin Irawan, Dr. Faizal Rochmat
Abstrak
Penelitian potensi sumber daya air Kota Bima, Nusa Tenggara Barat dilakukan dengan batasan daerah penelitian pada DAS (Daerah Aliran Sungai) Rontu. DAS Rontu mencakup batas administrasi Kota Bima dan Kabupaten Bima dengan koordinat 118°42'36"BT s.d 118°55'19,2"BT dan 8°23'49,2"LS s.d. 8°37'40,8"LS, dan elevasi dari 0 MDPL sampai 1.368 MDPL. Penelitian ini mengenai kebutuhan air bersih yang bersumber dari airtanah di kawasan Kota Bima. Beberapa masalah terkait dengan kawasan tersebut di Kota Bima yang dirumuskan dalam RPJMD 2018-2023 diantaranya adalah belum optimalnya penanganan, cakupan pelayanan sampah yang belum optimal, cakupan pelayanan air masih belum optimal, rendahnya kualitas penyelesaian dan keterbatasan cakupan pelayanan air permukaan. Dalam upaya menjangkau cakupan pelayanan air bersih yang lebih optimal, pemanfaatan air permukaan dan air tanah perlu diimplementasikan. Sehingga, pada penelitian ini akan dikaji mengenai potensi sumber daya air tanah di DAS Rontu, serta kualitasnya. Dari pembobotan yang menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dan inegrasi GIS (Geographic Information System), didapatkan bahwa zona potensi airtanah di DAS Rontu sebagian besar tergolong “Sedang” dengan persentase cakupan 54%, diikuti oleh zona “Tinggi” yang meliputi sekitar 27% dari total luas wilayah studi. Dan zona “Sangat Tinggi” pada 11%, zona “Rendah” hingga “Sangat Rendah” mencakup sekitar 7% dari total luas. Kualitas airtanah ditinjau dari parameter pengukuran in-situ, seperti TDS (Total Dissolved Solids), EC (Electrical Conductivity), temperature, pH, dan DO (Dissolved Oxygen), serta pengukuran kualitas dengan uji laboratorium terhadap 8 titik sampel yang terletak di sekitar kawasan Kota Bima, termasuk dengan sampel mata air, yaitu SB -06, SG-08, SB-05, SB-04, SG-05, MA-01, MA-04, dan MA-05 Pengukuran hidrogeokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan ion utama pada setiap sampel menggunakan Ion Chromatography (IC) dan hasil pengukuran diolah dengan R Program serta PCA (Analisis Komponen Utama). Dari pengelompokkan variabel distribusi, diketahui bahwa sebagian besar sampel masuk dalam kategori yaitu jenis kontaminasi yang diakibatkan oleh air payau. Sedangkan, variabel terbesar kedua masuk dalam kategori kontaminasi yang diakibatkan oleh antropogenik. Kategori ketiga merupakan kategori dimana tidak ada dominasi kontaminasi, yang mencakup sampel MA-01, MA-04, MA-05, SB-05 dan SG-05. Jika dilihat dari kelayakan airtanah untuk air minum, hasil menunjukkan bahwa sebagian besar sampel kualitas air minum berada dalam konsentrasi yang diizinkan oleh PERMENKES NO. 492 Tahun 2010. Namun, 2 sampel yaitu SB-06 dan SG-09 memiliki konsentrasi TDS, Sulfat, dan Natrium yang melebihi batas baku mutu, sehingga airtanah dari kedua sumur tersebut tidak dapat dikonsumsi.
Kata kunci: potensi airtanah, AHP, R, PCA, kualitas airtanah, major ion, hidrogeokimia
Lisensi: CC-BY