Upgrade to Pro — share decks privately, control downloads, hide ads and more …

PEMANFAATAN KOHESI DALAM JARINGAN SOSIAL SEBAGAI MODEL PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

PEMANFAATAN KOHESI DALAM JARINGAN SOSIAL SEBAGAI MODEL PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

Penulis: Dr. Muhamad Chairul Basrun Umanailo, M.Si
Lembaga: Agriculture Faculty of Iqra Buru University

Persediaan lahan untuk pertanian yang semakin terbatas dan relatif tetap bahkan berkurang sebagai konsekuensi pertambahan penduduk maupun pengembangan wilayah akan menimbulkan masalah krusial terkait pengembangan pertanian yang berimbas pada ketahanan pangan masyarakat. Ketersediaan lahan pertanian yang cukup luas di wilayah Maluku mengindikasikan terjadinya pemenuhan kebutuhan pangan yang berkelanjutan. Namun pada kenyataanya, kondisi yang berbeda akan kita temui saat melihat realitas pertambahan penduduk dan pembangunan daerah di Propinsi Maluku yang hingga saat ini cukup mengkhawatirkan. Pembangunan infrastruktur pemerintah daerah dan perumahan rakyat membuat terjadi pengurangan lahan yang cukup signifinkan pada beberapa daerah sehingga mengakibatkan ketergantungan sumber pangan dari luar daerah yang berkepanjangan. Penelitian ini berupaya untuk mendalami serta memberikan solusi terhadap perubahan fungsi lahan yang memiliki dampak negatif terhadap ketahanan pangan lokal. Selain itu, penelitian ini akan mengkonstruksi jejaring sosial (pela gandong) menjadi instrumen pengendalian tindakan alih fungsi berbasis budaya lokal.

Dasapta Erwin Irawan

September 11, 2022
Tweet

More Decks by Dasapta Erwin Irawan

Other Decks in Research

Transcript

  1. Dr. Muhamad Chairul Basrun Umanailo, M.Si
    Indonesia Science Day | Part of Science Summit UNGA77 2022
    [email protected]
    082239711615

    View Slide

  2. Land resource components
    Penelitian ini dikonstruksi dari pengamatan awal terhadap perkembangan pertanian di beberapa wilayah yang
    mengalami perubahan status menjadi kota/kabupaten. Pembangunan infrastruktur mendominasi perkembangan
    daerah yang berimplikasi pada pemanfaatan lahan kehidupan pertanian menjadi pusat ekonomi, perkantoran serta
    pemukiman warga. Pada kenyataannya, pertumbuhan wilayah tidak diikuti dengan perkembangan lahan yang akan
    mengancam ketersediaan pangan dimasa mendatang
    Secara empiris lahan pertanian yang paling rentan terhadap alih fungsi adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh:
    (1) kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh lebih
    tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih tinggi; (2) daerah
    pesawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan; (3) akibat pola pembangunan di masa
    sebelumnya, infrastruktur wilayah pesawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan kering; dan (4)
    pembangunan prasarana dan sarana pemukiman, kawasan industri, dan sebagainya cenderung
    berlangsung cepat di wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu ekosistem
    pertaniannya dominan areal persawahan
    Indonesia Science Day | Part of Science Summit UNGA77 2022
    Pemanfaatan Kohesi Dalam Jaringan Sosial
    Pemanfaatan Kohesi Dalam Jaringan Sosial

    View Slide

  3. elemen sosial dalam masyarakat berfungsi memberikan standar
    norma bagi hidup bersama. Secara etimologi merupakan
    kemampuan suatu kelompok untuk menyatu. Dalam kohesi
    sosial kontemporer dapat didefinisikan sebagai kemampuan
    masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi
    anggotanya termasuk dengan pemenuhan kebutuhan hidup di
    dalamnya. Dengan kohesi sosial, Durkheim hendak
    menunjukkan bahwa solidaritas sosial baik secara mekanik, telah
    membawa masyarakat pada suatu tahapan atau puncak
    tertinggi peradaban manusia.
    Dalam mengelaborasi segitiga kohesi sosial,
    kita dapat mengidentifikasi beberapa
    elemen umum di antarany; Pertama, kohesi
    sosial adalah biasanya dianggap sebagai
    konsep yang luas, mencakup beberapa
    dimensi sekaligus, dengan bobot yang
    sama. Khas, setiap definisi mencakup dua
    atau lebih atribut berikut: rasa memiliki dan
    aktif partisipasi, kepercayaan, kesetaraan
    pendapatan, kesetaraan peluang,
    kurangnya hambatan nyata terhadap
    mobilitas sosial, kesejahteraan dan inklusi
    sosial. Kedua, gagasan kohesi sosial sering
    dikaitkan dengan konsep modal sosial.
    modal sosial mengacu pada sekelompok
    individu sementara kohesi sosial adalah
    pendekatan holistik yang diperluas di tingkat
    seluruh masyarakat. Ketiga, tantangan
    mendefinisikan kohesi sosial sering dilewati
    dengan berfokus pada kondisi ketika social
    kohesi dirusak, atau ketika masyarakat tidak
    cukup kohesif
    Granovetter mengetengahkan gagasan mengenai pengaruh
    struktur sosial terutama yang dibentuk berdasarkan jaringan sosial
    (network), terhadap manfaat ekonomis khususnya menyangkut
    kualitas informasi. Ia lebih lanjut menjelaskan empat prinsip utama
    yang melandasi pemikiran mengenai adanya hubungan
    pengaruh antara jaringan sosial (network) dengan manfaat
    ekonomi
    Investigating the dimensionality of social cohesion on the basis of the
    Kearns and Forrest
    The triangle of social cohesion
    Local bridg
    Indonesia Science Day | Part of Science Summit UNGA77 2022
    Pemanfaatan Kohesi Dalam Jaringan Sosial
    Pemanfaatan Kohesi Dalam Jaringan Sosial

    View Slide

  4. Pada sisi lain, tradisi pela-gandong dalam
    masyarakat Maluku menjadi sebuah instrument
    terbangunnya jejaring sosial yang sangat kuat.
    Pela-gandong merupakan sebuah tradisi
    dimana pela diartikan sebagai “suatu relasi
    perjanjian persaudaraan antara satu negeri
    dengan negeri lain yang berada di pulau lain,
    sedangkan gandong bermakna “adik” (satu
    rahim). Pela sebagai model persahabatan
    atau sistem persaudaraan, atau sistem
    persekutuan yang di kembangkan antar
    seluruh penduduk asli dari dua negeri atau
    lebih. Ikatan sistem tersebut telah di tetapkan
    oleh leluhur dalam keadaan khusus dengan
    hak-hak dan kewajiban tertentu yang di setujui
    bersama
    Dalam tradisi pela-gandong terdapat unsur
    saling percaya yang sangat kuat sehingga
    unsur tersebut menjadi kohesi social yang
    dapat dimanfaatkan untuk mengatur,
    menata serta mengendalikan tindakan alih
    fungsi lahan pertanian di Maluku. Rasa
    sayang kepada “adik” nya ataupun
    saudara-nya akan menjadi katup
    pengaman untuk seseorang maupun
    kelompok didalam masyarakat melakukan
    alih fungsi lahan pertanian yang dimilikinya.
    Dari pela-gandong akan terhubung dengan
    tradisi “sasi” (kearifan lokal masyarakat yang
    diturunkan dari generasi ke generasi. Sasi
    menurut pengetahuan masyarakat adalah
    “larangan” yang bersifat melindungi sesuatu
    atau hasil tertentu dalam batas waktu
    tertentu dan diberlakukan dengan tanda
    tertentu dan mempunyai sifat atau
    ketentuan hukum yang berlaku untuk umum)
    Pelaksanaan sasi terhadap lahan menjadi sebuah
    pendekatan yang dapat menekan terjadinya alih
    fungsi lahan pertanian. Sasi akan mengatur kapan
    lahan bisa dijual ataupun dialihfungsikan dengan
    pendekatan tersebut maka perubahan fungsi lahan
    ke sektor non pertanian dapat dikendalikan
    sebagaimana dalam ilustrasi berikut ini:
    Ilustrasi Model Pengendalian Lahan Pertanian
    Indonesia Science Day | Part of Science Summit UNGA77 2022
    Pemanfaatan Kohesi Dalam Jaringan Sosial
    Pemanfaatan Kohesi Dalam Jaringan Sosial

    View Slide

  5. ¤ Botterman, S., Hooghe, M., & Reeskens, T. (2009). Is social
    cohesion one latent concept? Investigating the dimensionality
    of social cohesion on the basis of the Kearns and Forrest (2000)
    typology. Status: Published, January 2014.
    ¤ FAO. (2021). Sustainable Soil and Land Management and
    Climate Change. In Sustainable Soil and Land Management
    and Climate Change
    ¤ Garroway, C., & Jütting, J. (2011). Measuring cross-country
    differences in social cohesion. Mimeo, January, 1–27
    ¤ Granovetter, M. S. (1973). The Strength of Weak Ties. American
    Journal of Sociology, 78(6), 1360–1380
    ¤ Renjaan, M. J., Purnaweni, H., & Anggoro, D. D. (2013). Studi
    Kearifan Lokal Sasi Kelapa Pada Masyarakat Adat Di Desa
    Ngilngof Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Ilmu Lingkungan,
    12(2), 23
    ¤ Sari, C. P., Saam, Z., & Putra, R. M. (2021). Pengendalian Alih
    Fungsi Lahan Sawah Yang Berkelanjutan di Kecamatan
    Tambang, Kabupaten Kampar, Riau The Sustainability of Control
    Over the Paddy Fields Converstion in Tambang Sub-District,
    Kampar Regency, Riau. Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(2), 152
    ¤ Sundler, A. J., Lindberg, E., Nilsson, C., & Palmér, L. (2019).
    Qualitative thematic analysis based on descriptive
    phenomenology. Nursing Open, 6(3).
    Daftar Referensi Ucapan Terima Kasih
    ¤ Dr. Irina Grigorievna Shestakova Saint Petersburg, Russia.
    ¤ Dr. Drajat Tri Kartono, M.Si. Universitas Sebelas Maret
    ¤ Dr. J.E. Lekatompessy, M.Si Ak, CA LLIKTI XII
    ¤ Dr. Sholih Mu’adi, M.Si Universitas Brawijaya
    ¤ Dr. Dasapta Erwin Irawan Institut Teknologi Bandung
    ¤ Dr. Andries Lionardo, M.Si Universitas Sriwijaya
    ¤ Dr. Maryam Sangadji, M.Si Universitas Pattimura
    Indonesia Science Day | Part of Science Summit UNGA77 2022
    Pemanfaatan Kohesi Dalam Jaringan Sosial
    Pemanfaatan Kohesi Dalam Jaringan Sosial

    View Slide