Upgrade to Pro — share decks privately, control downloads, hide ads and more …

HIDROGEOLOGI, ANALISIS KUALITAS AIR TANAH, DAN ...

HIDROGEOLOGI, ANALISIS KUALITAS AIR TANAH, DAN ANALISIS KERENTANAN AIR TANAH TERHADAP PENCEMARAN DI KECAMATAN KERTASARI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT

HIDROGEOLOGI, ANALISIS KUALITAS AIR TANAH, DAN ANALISIS
KERENTANAN AIR TANAH TERHADAP PENCEMARAN DI
KECAMATAN KERTASARI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN
BANDUNG, JAWA BARAT
Oleh:
Fachrul Arief S.
12018025

pembimbing: Dr. Dasapta Erwin Irawan

Daerah penelitian berlokasi di Kecamatan Kertasari yang meliputi Desa Cikembang, Desa
Tarumajaya, Desa Santosa, dan Desa Neglawangi serta di Kecamatan Pamulihan yang meliputi
desa Linggarjati Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Seiring dengan bertambahnya
penduduk maka kebutuhan air tanah di daerah penelitian terus meningkat, masyarakat sekitar
cenderung menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari dari mata air yang telah ditampung di
baik daripada menggunakan sumur gali. Beberapa titik mata air terdapat indikasi oksida besi yang
berpotensi sebagai zat pencemar air tanah. Oleh karena itu, diperlukannya penelitian terkait
kondisi geologi, geomorfologi, hidrogeologi, kualitas air tanah, dan kerentanan air tanah terhadap
pencemaran. Secara geografis, daerah penelitian terletak pada koordinat UTM ± 9193900-
9199000 mN dan ± 789800-798800 mE zona 48S. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah peninjauan ulang peta geologi di lapangan, pemetaan hidrogeologi, analisis kualitas air
tanah dengan parameter fisik pH, TDS, EC, ORP, dan salinitas dengan total jumlah 187 data serta
analisis kerentanan air tanah terhadap pencemaran dengan metode susceptibility index (SI).
Geomorfologi daerah penelitian terdiri dari Kerucut Gunungapi Windu, Kerucut Gunungapi
Wareng, Perbukitan Pasir Panjang, Dataran Antar Gunungapi Kertasari, Punggungan Aliran Lahar
Gunung Papandayan, Punggungan Aliran Lava Gunung Kendang, Punggungan Aliran Piroklastik
Gunung Kencana, Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Kendang, Punggungan Aliran
Piroklastik Gunung Wayang, dan Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Windu. Geologi daerah
penelitian dibagi menjadi 12 satuan, vulkanostratigrafi dibagi menjadi 5 khuluk dan 6 gumuk.
Struktur geologi di daerah penelitian dijumpai Sesar Menganan Ranca, Sesar Normal Kawah
Windu, Sesar Menganan Citawa, Sesar Menganan Pasir Panjang, dan Sesar Menganan Turun
Lodayakolot.
Sistem hidrogeologi daerah penelitian memiliki sistem endapan gunungapi, jenis akuifer yang
menjadi objek penelitian merupakan akuifer bebas dengan satuan Akuifer Breksi Kencana,
Akuifer Breksi Kendang, Akuifer Breksi Papandayan, Akuifer Breksi-Tuf Wayang, Akuifer
Breksi-Tuf Windu, Akuifer Rekahan Andesit Pasir Panjang, Akuifer Rekahan Andesit Wareng,
dan Akuifer Tuf Kendang. Hasil Analisis Kualitas Air Tanah menunjukkan bahwa semua mata air
dan sumur masih layak minum berdasarkan TDS, EC,dan ORP. Berdasarkan nilai pH mata air
yang layak minum berjumlah 9 mata air dan semua titik mata air merupakan air tawar.
Kerentanan air tanah menggunakan metode susceptibility index (SI) melibatkan 5 parameter yaitu
kedalaman muka air tanah(D), Imbuhan air tanah (R), media akuifer (A), Topografi (T), dan Tata
Guna Lahan (LU). Nilai SI dibagi menjadi lima kelas, kerentanan sangat rendah dengan tingkat
kerentanan 22.74-32.79, kerentanan rendah dengan tingkat kerentanan 32.79-42.85, kerentanan
sedang dengan tingkat kerentanan 42.85-52.90, kerentanan tinggi dengan tingkat kerentanan
52.90-62.95, dan kerentanan sangat tinggi dengan nilai kerentanan 62.95-73.00. Daerah penelitian
didominasi dengan tingkat kerentanan tinggi yang di validasi dengan kondisi mata air yang
berubah warna, keruh, dan memiliki pH rendah yang disebabkan oleh kegiatan antropogenik.
Kata kunci: Kertasari, hidrogeologi gunungapi, kualitas air tanah, parameter fisik, kerentanan,
pencemaran, susceptibility index (SI).

The research area is located in Kertasari District which includes Cikembang Village, Tarumajaya
Village, Santosa Village, and Neglawangi Village and in Pamulihan District which includes
Linggarjati Village, Bandung Regency, West Java Province. Along with the increase in population,
the need for groundwater in the study area continues to increase, the surrounding community tends
to use water for their daily needs from springs that have been well accommodated rather than using
dug wells. Several springs have indications of iron oxide which has the potential to pollute
groundwater. Therefore, it is necessary to conduct research related to geological conditions,
geomorphology, hydrogeology, groundwater quality, and the vulnerability of groundwater to
pollution. Geographically, the study area is located at UTM coordinates ± 9193900-9199000 mN
and ± 789800-798800 mE 48S zone. The method used in this research is a review of geological
maps in the field, hydrogeological mapping, groundwater quality analysis with physical
parameters pH, TDS, EC, ORP, and salinity with a total of 187 data and analysis of groundwater
vulnerability to pollution using the susceptibility index method. (SI).
The geomorphology of the research area consists of the Windu Volcano Cone, Wareng Volcano
Cone, Pasir Panjang Hills, Paperari Volcano Plain, Mount Papandayan Lava Flow Ridge, Mount
Kendang Lava Flow Ridge, Mount Kencana Pyroclastic Ridge, Mount Kendang Pyroclastic Ridge,
Mount Pyroclastic Ridge Puppets, and the Pyroclastic Ridge of Mount Windu. The geology of the
study area is divided into 12 units, vulcanostratigraphy is divided into 5 khuluks and 6 dunes. The
geological structures in the study area were found to be the Menganan Ranca Fault, the Windu
Crater Normal Fault, the Menganan Citawa Fault, the Menganan Sand Panjang Fault, and the
Lodayakolot Downward Fault.
The hydrogeological system of the research area has a volcanic deposit system, the types of
aquifers that are the object of research are free aquifers with units of Kencana Breccia Aquifer,
Kendang Breccia Aquifer, Papandayan Breccia Aquifer, Wayang Breccia-Tuff Aquifer, Windu
Breccia-Tuff Aquifer, Pasir Panjang Andesite Fracture Aquifer, Wareng Andesite Fracture
Aquifer, and Kendang Tuff Aquifer. The results of the Groundwater Quality Analysis show that
all springs and wells are still fit for drinking based on TDS, EC, and ORP. Based on the pH value
of drinking water, there are 9 springs and all springs are fresh water.
Groundwater vulnerability using the susceptibility index (SI) method involves 5 parameters,
namely the depth of the groundwater table (D), groundwater recharge (R), aquifer media (A),
topography (T), and land use (LU). The SI values are divided into five classes, very low
vulnerability with a vulnerability level of 22.74-32.79, low vulnerability with a vulnerability level
of 32.79-42.85, a moderate vulnerability with a vulnerability level of 42.85-52.90, a high
vulnerability with a vulnerability level of 52.90-62.95, and a very high vulnerability with a value
of vulnerability 62.95-73.00. The research area is dominated by a high level of vulnerability which
is validated by the condition of springs that change color, are cloudy, and have a low pH caused
by anthropogenic activities.
Keywords: Kertasari, volcanic hydrogeology, groundwater quality, physical parameters,
vulnerability, pollution, susceptibility index (SI).

Dasapta Erwin Irawan

June 15, 2022
Tweet

More Decks by Dasapta Erwin Irawan

Other Decks in Science

Transcript

  1. Program Studi Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut

    Teknologi Bandung 2022 Hidrogeologi, Analisis Kualitas Airtanah, dan Analisis Kerentanan Airtanah terhadap Pencemaran pada Daerah Kertasari dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat Oleh: Fachrul Arief S. 12018025 Dosen Pembimbing: Arif Susanto Dasapta Erwin Irawan Tugas Akhir B Lapangan
  2. Kerangka Presentasi Pendahuluan Analisis Kualitas Airtanah Geologi dan Hidrogeologi Analisis

    Kerentanan Airtanah terhadap Pencemaran 01 03 02 04 Sintesis Geologi 05 Kesimpulan 06
  3. 1. Kebutuhan air bersih meningkat karena peningkatan jumlah penduduk. 2.

    Indikasi pencemaran airtanah karena mayoritas daerah perkebunan yang menggunakan pupuk. 3. Indikasi adanya oksida besi. 4. Masyarakat sekitar masih bergantung terhadap air yang didapatkan dari mata air yang belum ditampung pada bak penampungan tertutup beserta tanpa pengelolaan yang baik. Latar Belakang Indikasi adanya oksida besi Mata air tanpa bak penampungan tertutup Perkebunan aktif
  4. 1. Mengetahui kondisi geologi daerah penelitian. 2. Mengetahui kondisi hidrogeologi

    daerah penelitian. 3. Mengetahui kualitas airtanah berdasarkan parameter fisik. 4. Memetakan tingkat kerentanan airtanah terhadap pencemaran. Tujuan
  5. 1. Koordinat UTM ± 9193900-9199000 mN dan ± 789800-798800 mE

    Zona 48S. 2. Meliputi 3 Kecamatan: Kecamatan Kertasari dan Pangalengan Kabupaten Bandung dan Kecamatan Pamulihan Kabupaten Garut. 3. Luas daerah 64 km2 dengan rentang elevasi 1550 – 2387.5 mdpl. Daerah Penelitian
  6. Tabulasi Data No Data Jenis Data Jumlah Data Sumber 1

    Parameter Fisik Mata Air (pH, TDS, EC, ORP, Salinitas, Temperatur) Primer 58 Pribadi 2 Parameter Fisik Mata Air (pH, TDS, EC, ORP, Salinitas, Temperatur) Sekunder 36 Tugas Akhir Fadli Nurrohman Susena-12018033 3 Parameter Fisik Mata Air (pH, TDS, Temperatur) Sekunder 37 Enggal (2021) 4 Parameter Fisik Mata Air (pH, TDS, Temperatur) Sekunder 52 Fadhlan (2021) 5 Deskripsi Pengamatan Singkapan Primer 18 Pribadi 6 Deskripsi Pengamatan Singkapan Sekunder 219 Satriana (2016) 7 Debit Mata Air Primer 17 Pribadi 8 Digital Elevation Model (DEM) Sekunder 1 Badan Informasi Spasial (https;//tanahair.indonesia.go.id/de mnas) 9 Curah Hujan Sekunder 1 BMKG 10 Elevasi Muka Air Tanah (Sumur) Primer 14 Pribadi
  7. Fisiografi Regional Daerah Penelitian Secara fisiografi, daerah penelitian masuk ke

    dalam Zona Gunungapi Kwarter (van Bemmelen, (1949) dalam Martodjojo, (1984) dimodifikasi oleh penulis).
  8. Satuan Geomorfologi Luas: 3,755 km2 Kemiringan Lereng: 30-70% Elevasi: 1900-2387.5

    mdpl Litologi: Andesit Titik pengambilan gambar Punggungan aliran piroklastik Gunung Kendang Punggungan aliran lava Gunung Kendang Dataran Antar Gunungapi Kertasari Utara Selatan Luas: 22,52 km2 Kemiringan Lereng: 15-30% Elevasi: 1650-1900 mdpl Litologi: Breksi Piroklastik Luas: 24,080 km2 Kemiringan Lereng: 0-7% Elevasi: 1687.5-1700 mdpl Litologi: Tuf Piroklastik Perbukitan Pasir Panjang
  9. Perbukitan Pasir Panjang Kerucut Gunungapi Windu Punggungan aliran piroklastik Gunung

    Windu Punggungan aliran piroklastik Gunung Wayang Satuan Geomorfologi Titik pengambilan gambar Luas: 1,3 km2 Kemiringan Lereng: 30-140% Elevasi: 1787.5-2807.5 mdpl Litologi: Andesit Selatan Utara Luas: 4,592 km2 Kemiringan Lereng: 7-70% Elevasi: 1550-1737.5 mdpl Litologi: Andesit Luas: 3,486 km2 Kemiringan Lereng: 7-30% Elevasi: 1650-1787.5mdpl Litologi: Breksi-Tuf Piroklastik Luas: 0,3 km2 Kemiringan Lereng: 7-30% Elevasi: 1637.5-1687.5 mdpl Litologi: Breksi-Tuf Piroklastik
  10. Kerucut Gunungapi Wareng Satuan Geomorfologi Titik pengambilan gambar Luas: 1,995

    km2 Kemiringan Lereng: 7-30% Elevasi: 1612.5-1725 mdpl Litologi: Andesit Selatan Utara
  11. Satuan Geomorfologi Titik pengambilan gambar Luas: 7,041 km2 Kemiringan Lereng:

    2-70% Elevasi: 1650-2062.5 mdpl Litologi: Breksi Piroklastik Punggungan aliran piroklastik Gunung Kencana Tenggara Baratlaut
  12. Satuan Geomorfologi Titik pengambilan gambar Luas: 1,623 km2 Kemiringan Lereng:

    2-30% Elevasi: 1700-1912.5 mdpl Litologi: Breksi Lahar Punggungan aliran lahar Gunung Papandayan Timurlaut Baratdaya
  13. Tahapan Geomorfik Lembah sungai berbentuk “V” yang tidak berkelok dan

    didominasi erosi vertikal. Tahapan Geomorfik daerah penelitian masuk kedalam tahapan geomorfik muda (Davies, (1889) dalam Hugget (2011)).
  14. Satuan Breksi Aliran Piroklastik Kencana (Kca) Pengamatan singkapan dijumpai di

    tepatnya di lereng bagian utara dan timur Gunung Kencana, tepatnya di daerah Desa Cisarua. Breksi piroklastik, berwarna coklat kemerahan, menghalus ke atas, kemas terbuka, memiliki ukuran butir 0.5cm- 1.5m, bentuk butiran menyudut-menyudut tanggung, butiran (70%) tersusun atas andesit (60%) dan lapilli (10%), matriks (30%), berwarna coklat terang, ukuran butir debu kasar, berupa gelas vulkanik. Sumber: Satriana (2016) Titik pengambilan gambar Keterangan: Plagioklas (E2), Hornblenda (E7), Mineral Opak (B5), dan Gelas Vulkanik (B2)
  15. Satuan Lava Andesit Wareng (Wrl) Sumber: Satriana (2016) Pengamatan singkapan

    dijumpai di daerah Desa Wanasuka. Andesit, berwarna abu-abu terang, porfiritik, fenokris (60%) berupa plagioklas (40%) dan piroksen (20%) berukuran 1 mm-2 mm, tertanam pada massa dasar afanitik berwarna abu- abu, terdapat struktur primer autobreksi. Titik pengambilan gambar Keterangan: Plagioklas (B6), Piroksen (A4), Mineral Opak (B4), dan Gelas Vulkanik (B2)
  16. Satuan Tuf-Lapili Aliran Piroklastik Wareng (Wra) Sumber: Satriana (2016) Pengamatan

    singkapan dijumpai di Sungai Cilaki. Tuf-lapili, berwarna putih keabuan, pemilahan sedang, kemas terbuka, butiran berukuran 2-5mm, tersusun atas lapili (30%), batuapung (20%), dan hornblenda (10%), berukuran 2 mm-5 mm, matriks (40%) berwarna putih terang, memiliki ukuran butir debu halus hingga debu kasar, berupa gelas vulkanik yang terlaskan. Batuapung Titik pengambilan gambar Keterangan: Plagioklas (G3), Hornblenda (J3), Mineral Opak (F2), dan Litik Batuapung yang terlaskan (K4)
  17. Satuan Breksi Aliran Piroklastik Kendang (Kda) Pengamatan singkapan dijumpai di

    lereng bagian barat Gunung Kendang. Breksi piroklastik, lapuk, berwarna cokelat gelap,kemas terbuka, bentuk butiran menyudut hingga menyudut tanggung, ukuran butir 2mm-0.5m, butiran (65%) tersusun atas andesit (50%), lapilli (10%), dan batuapung (5%), matriks (35%), berwarna coklat gelap, ukuran butir debu halus-debu kasar, berupa gelas vulkanik. Titik pengambilan gambar berada di luar daerah penelitian Sumber: Satriana (2016) Keterangan: Plagioklas (B3), Piroksen (A6), Mineral Opak (D3), dan Gelas Vulkanik (B1)
  18. Satuan Tuf Jatuhan Piroklastik Kendang (Kdj) Titik pengambilan gambar Sumber:

    Satriana (2016) Pengamatan singkapan dijumpai di sekitar Desa Tarumajaya Dusun Kertasari 1, daerah Perkebunan Talun. Perselingan tuf kasar dengan tuf halus, berwarna abu-abu kecoklatan, berlapis tegas dengan perlapisan sejajar, memiliki ukuran butir debu halus-lapili Breksi-Tuf, warna coklat terang, menghalus ke atas, pemilahan sedang, ukuran butir 2mm-80mm, kemas terbuka, bentuk butiran menyudut, butiran (40%) tersusun atas andesit (25%) dan lapilli (15%), matriks (60%), warna coklat terang, ukuran butir debu kasar, berupa gelas vulkanik. Kedudukan bidang kontak N176oE/6oSW. Keterangan: Fragmen litik tuf (B2), Mineral Opak (C6), Klinopiroksen (E3), dan Gelas Vulkanik (C2)
  19. Satuan Lava Andesit Kendang 1 (Kdl1) Sumber: Satriana (2016) Pengamatan

    singkapan dijumpai di daerah Barat Laut Gunung Kendang. Andesit, berwarna abu-abu gelap dengan bintik putih halus, segar, porfiritik, dengan fenokris (60%) berukuran <1mm yang tertanam pada massadasar (40%) afanitik berwarna hitam memiliki, struktur primer berupa kekar berlembar dengan kedudukan N216oE/15oNW Titik pengambilan gambar berada di luar daerah penelitian Keterangan: Plagioklas (C3), Ortopiroksen (F5), Mineral Opak (E5), dan Gelas Vulkanik (E1)
  20. Satuan Lava Andesit Kendang 2 (Kdl2) Sumber: Satriana (2016) Pengamatan

    singkapan dijumpai di Barat Daya Gunung Kendang. Andesit, berwarna abu-abu terang, porfiritik, fenokris (40%) berupa plagioklas (20%) dan piroksen (20%), berukuran 1mm-2mm, tertanam pada massadasar (60%) berupa mineral afanitik, berwarna abu-abu, masif. Titik pengambilan gambar Keterangan: Plagioklas (A3), Ortopiroksen (B6), Klinopiroksen (E5), Mineral Opak (F4), dan Gelas Vulkanik (A1)
  21. Satuan Kubah Lava Pasir Panjang (Prk) Pengamatan singkapan dijumpai di

    daerah Desa Tarumajaya Dusun Kertasari 1. Andesit, segar, berwarna abu-abu, inequigranular, porfiritik, hipokristalin, hipidiomorf, dengan fenokris 20%, berupa plagioklas (14%), piroksen (4%), dan hornblenda (2%) yang tertanam pada massadasar afanitik 80%. Utara Selatan Titik pengambilan gambar Sumber: Satriana (2016) Keterangan: Plagioklas (C3), Ortopiroksen (D3), Klinopiroksen (D7), Mineral Opak (E3), dan Gelas Vulkanik (F1)
  22. Satuan Breksi-Tuf Aliran Piroklastik Wayang (Wya) Sumber: Satriana (2016) Pengamatan

    singkapan dijumpai di daerah timur kaki gunung Wayang. Tuf-lapilli, warna coklat terang, ukuran butir debu kasar-lapilli, pemilahan sedang, kemas terbuka, butiran (40%) tersusun atas lapilli (20%) dan tuf (20%). Breksi-tuf, warna coklat terang, pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir 2mm-75mm, bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, butiran (55%) tersusun atas andesit (30%) dan lapilli (25%), matriks (45%), berwarna coklat terang, ukuran butir debu kasar, berupa gelas vulkanik. Titik pengambilan gambar berada di luar daerah penelitian Keterangan: Plagioklas (F6), Ortopiroksen (B2), Klinopiroksen (C3), Mineral Opak (E4), dan Gelas Vulkanik (C1)
  23. Satuan Breksi-Tuf Aliran Piroklastik Windu (Wda) Pengamatan singkapan dijumpai di

    daerah timur kaki gunung Windu. Breksi tuf, berwarna coklat terang, kemas terbuka, ukuran butir 2mm-75mm, bentuk butiran menyudut- menyudut tanggung, butiran (60%) tersusun dari andesit (30%) dan lapilli (60%), matriks (40%), berwarna coklat terang, ukuran butir debu halus-debu kasar, berupa gelas vulkanik. Sumber: Satriana (2016) Titik pengambilan gambar Keterangan: Plagioklas (D6), Ortopiroksen (C5), Klinopiroksen (B5), Mineral Opak (C2), dan Gelas Vulkanik (F1)
  24. Satuan Kubah Lava Windu (Wdk) Sumber: Satriana (2016) Pengamatan singkapan

    dijumpai di lereng bagian timur Gunung Windu. Andesit, berwarna abu-abu terang, porfiritik, fenokris (50%) berupa plagioklas (30%) dan piroksen (20%), berukuran 1mm-2mm, tertanam pada massadasar (50%) afanitik, berwarna abu-abu, masif. Titik pengambilan gambar Keterangan: Plagioklas (B3), Piroksen (D3), Mineral Opak (F2), dan Gelas Vulkanik (A5)
  25. Satuan Breksi Lahar Papandayan (Pdlh) Sumber: Satriana (2016) Pengamatan singkapan

    dijumpai di daerah Desa Neglawangi Dusun Cibatarua. Breksi lahar, berwarna abu-abu gelap, pemilahan buruk, kemas terbuka, butiran tersusun atas bongkah andesit, berukuran 2 mm hingga 1,5 meter, berbentuk menyudut tanggung, matriks berwarna abu-abu gelap, berukuran butir lumpur hingga pasir halus. Keterangan: Plagioklas (A2), Piroksen (C5), Mineral Opak (D2), dan Gelas Vulkanik (C1) Titik pengambilan gambar
  26. Struktur Geologi Berdasarkan proses pembentukannya, struktur batuan dapat dibedakan menjadi

    struktur primer dan struktur sekunder. • Struktur primer adalah struktur yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan • Struktur sekunder adalah struktur yang terbentuk setelah pembentukan batuan 1. Struktur primer: Kekar berlembar dan autobreksi 2. Struktur sekunder: Sesar Menganan Ranca, Sesar Normal Kawah Windu, Sesar Menganan Citawa, Sesar Menganan Pasir Panjang, dan Sesar Menganan Turun Lodayakolot
  27. Struktur Geologi 1. Sesar Menganan Ranca 2. Sesar Normal Kawah

    Windu 3. Sesar Menganan Citawa 4. Sesar Menganan Pasir Panjang 5. Sesar Menganan Turun Lodayakolot (Satriana, 2016) 1 2 3 4 5
  28. Struktur Geologi Primer Sumber: Satriana (2016) Struktur primer berupa kekar

    berlembar dan autobreksi. Kekar berlembar dapat dijumpai dengan baik di sekitar Air Terjun Lodayakolot, memiliki kedudukan N218oE/10oNW.
  29. 1. Struktur Geologi Sekunder-Sesar Menganan Ranca Titik pengambilan gambar Utara

    Selatan Bukti keberadaan sesar berdasarkan kelurusan pada SRTM dan pengamatan lapangan menemukan berupa mata air dingin berjenis rekahan. CTW-CNT
  30. 2. Struktur Geologi Sekunder-Sesar Normal Kawah Windu Titik pengambilan gambar

    Utara Selatan Pengamatan lapangan menemukan bukti keberadaan sesar berupa batuan alterasi dan solfatara. KWU
  31. 3. Struktur Geologi Sekunder-Sesar Menganan Citawa Titik pengambilan gambar Utara

    Selatan Timur Barat Bukti keberadaan sesar berdasarkan kelurusan pada SRTM, pengamatan lapangan menemukan berupa mata air dingin berjenis rekahan, dan satu pasang shear fracture dengan kedudukan N267oE/83o dan N276oE/69o. CTW-MCT2 TMJ08
  32. 4. Struktur Geologi Sekunder-Sesar Menganan Pasir Panjang Titik pengambilan gambar

    Utara Selatan Utara Selatan Pengamatan lapangan menemukan bukti keberadaan sesar berupa mata air dingin berjenis rekahan. STS-MA STS-MA1
  33. 5. Struktur Geologi Sekunder-Sesar Menganan Turun Lodayakolot Sumber: Satriana (2016)

    Pengamatan lapangan menemukan bukti keberadaan sesar berupa kekar gerus dan bidang sesar minor. Kedudukan kekar gerus N306oE/85odan kedudukan bidang sesar minor N134oE/82o.
  34. Hidrogeologi • Daerah penelitian berdasarkan kondisi geologi termasuk Tipologi Sistem

    Akuifer Endapan Gunungapi. • Berjenis akuifer tak tertekan/bebas dan dibawahnya berupa lapisan pembatas akuiklud. Tipologi Sistem Akuifer Endapan Gunungapi (Mandel, 1981) Akuifer tak tertekan/bebas (Kruseman, 1994)
  35. Hidrogeologi Berdasarkan Fetter(2014), daerah penelitian memiliki 2 jenis mata air

    yang terdiri dari mata air depresi dan mata air rekahan. STS-MA1 CBTR-MA
  36. Akuifer Breksi Kencana Titik pengambilan gambar • Terdapat 4 mata

    air • Terdiri dari mata air depresi dan mata air rekahan • Litologi breksi piroklastik Barat Timur Utara Selatan CSR-SR STN-TER Parameter Fisik Air Tanah STN-TER CSR-SR pH 5.6 6.17 TDS 23 44 EC 46 88 ORP 183 65 Salinitas 0 0 Suhu Air 19 20.4
  37. Akuifer Breksi Kendang Titik pengambilan gambar • Terdapat 15 mata

    air • Terdiri dari mata air rekahan dan mata air depresi • Litologi breksi piroklastik Utara Selatan CBTR-CGL Utara Selatan NGL-RW31 Parameter Fisik Air Tanah NGL-RW31 CBTR-CGL pH 6.74 5.45 TDS 29 41 EC 59 83 ORP 178 75.9 Salinitas 0 0 Suhu Air 15.6 18.1
  38. Akuifer Breksi Papandayan Titik pengambilan gambar • Terdapat 2 mata

    air • Terdiri dari mata air depresi dan mata air rekahan • Litologi breksi lahar Utara Selatan Utara Selatan CBTR-MA CBTR-KYP Parameter Fisik Air Tanah CBTR-MA CBTR-KYP pH 5.99 6.08 TDS 76 104 EC 153 210 ORP 48.2 42.5 Salinitas 0 0.01 Suhu Air 17 17.3
  39. Akuifer Breksi-Tuf Wayang • Terdapat 1 mata air • Terdiri

    dari mata air depresi • Litologi breksi-tuf piroklastik Titik pengambilan gambar TMJ-SG2 Utara Selatan Parameter Fisik Air Tanah TMJ-SG2 pH 2 TDS 59 EC 118 ORP 31.2 Salinitas 0 Suhu Air 20.4
  40. Akuifer Breksi-Tuf Windu Titik pengambilan gambar • Terdapat 4 mata

    air • Terdiri dari mata air rekahan dan mata air depresi • Litologi breksi-tuf piroklastik Utara Selatan CTW-MCT CTW-MCT2 Utara Selatan Parameter Fisik Air Tanah CTW-MCT2 CTW-MCT pH 4.82 5 TDS 116 82 EC 28 161 ORP 28 188 Salinitas 0 0 Suhu Air 21.7 22.4
  41. Akuifer Rekahan Andesit Pasir Panjang Titik pengambilan gambar • Terdapat

    9 mata air • Terdiri dari mata air rekahan dan mata air depresi • Litologi andesit Utara Selatan STS-MA1 Utara Selatan CTW-MCT2 Parameter Fisik Air Tanah STS-MA1 CTW-MCT2 pH 5.32 4.82 TDS 65 116 EC 131 28 ORP 65 28 Salinitas 0 0 Suhu Air 20.2 21.7
  42. Akuifer Rekahan Andesit Wareng Titik pengambilan gambar • Terdapat 2

    mata air • Terdiri dari mata air depresi • Litologi andesit STS-MA2 Utara Selatan Parameter Fisik Air Tanah STS-MA2 pH 6.85 TDS 28 EC 56 ORP 61 Salinitas 0 Suhu Air 22.7
  43. Akuifer Tuf Kendang Titik pengambilan gambar • Terdapat 14 mata

    air • Terdiri dari mata air rekahan dan mata air depresi • Litologi tuf STS-MKC1 Timur Barat TL-MA Barat Timur Parameter Fisik Air Tanah STS-MKC1 TL-MA pH 5.62 5.8 TDS 18 26 EC 35 52 ORP 197 63 Salinitas 0 0 Suhu Air 20.7 21.3
  44. Data Sifat Fisik Airtanah No Kode X (Easting) Y (Northing)

    Elevasi (m) Keterangan Kedalaman MAT (m) Temp Permukaan (°C) Temp Air (°C) ∆t TDS (ppm) ORP(mV) pH Salinitas (%) EC (μs/cm) Debit (L/s) 1 LDY-01 794616.8 9199633 1673 Mata Air Depresi 0 18.9 19 -0.1 47 94 7.16 0 102 - 2 LDY-02 796523.8 9199333 1887 Mata Air Depresi 0 19 18.9 0.1 41 93 6.82 0 93 - 3 KTS2-SM 792623 9199872 1630 Sumur Gali 5 21.8 22.5 -0.7 176 54 5.88 0.01 352 - 4 KTS2-MA 792823.1 9199828 1631 Mata Air Depresi 0 19 19.5 -0.5 199 98 5.79 0.02 406 - 5 TMJ-SG1 794034.9 9200801 1628 Mata Air Depresi 0 23 21 2 24 67 5.62 0 48 - 6 TMJ-SG2 792010.6 9200964 1608 Mata Air Depresi 0 23 20.4 2.6 59 31.2 6.35 0 118 - 7 CTW-CNT 791494.7 9200567 1727 Mata Air Depresi 0 25.9 23.7 2.2 104 179 4.52 0.01 208 0.002 8 CTW-MCT 791674.4 9199981 1672 Mata Air Depresi 0 25.6 22.4 3.2 82 188 5 0 161 - 9 CTW-SM1 791750.4 9199915 1669 Sumur Gali 4 24.1 19.2 4.9 127 221 5.4 0.01 248 - 10 CTW-SM2 791766.5 9199920 1669 Sumur Gali 2 24.1 18.9 5.2 140 231 5.29 0.01 281 - 11 CTW-RC 791988.1 9199944 1667 Sumur Bor 70 24.5 21.1 3.4 107 76 4.85 0.01 211 - 12 KTS1-CDP 793727.2 9199845 1632 Mata Air Depresi 0 25 21.4 3.6 90 173 4.91 0 180 - 13 KTS1-SM1 793636.3 9199871 1632 Sumur Gali 6 25 20.6 4.4 177 192 5.43 0.01 349 - 14 CTW-MCT2 791970.2 9200092 1668 Mata Air Depresi 0 21 21.7 -0.7 116 28 4.82 0 28 - 15 TMJ-SM2 796906 9200017 1868 Mata Air Depresi 0 22.4 18 4.4 32 99 5.9 0 57 - 16 TMJ-SM3 797381.6 9199898 1877 Mata Air Depresi 0 23 19.5 3.5 27 111 6.28 0 41 0.145 17 STS-MKC 793463.4 9196502 1661 Mata Air Depresi 0 21.9 19.5 2.4 54 70.5 5.48 0 108 0.15 18 STS-MKC1 793317 9196478 1655 Mata Air Depresi 0 25 20.7 4.3 18 197 5.62 0 35 0.034 19 STS-MRT5 793227 9196447 1661 Mata Air Depresi 0 25.7 21.8 3.9 13 221 5.7 0 26 0.16 20 KNC-RT3 793265.6 9196588 1664 Sumur Gali 5 25.7 22.1 3.6 73 165 4.98 0 145 -
  45. Data Sifat Fisik Airtanah No Kode X (Easting) Y (Northing)

    Elevasi (m) Keterangan Kedalaman MAT (m) Temp Permukaan (°C) Temp Air (°C) ∆t TDS (ppm) ORP(mV) pH Salinitas (%) EC (μs/cm) Debit (L/s) 21 KNC-RT31 793226.3 9196589 1670 Sumur Gali 15 26.1 22.4 3.7 59 264 3.98 0 118 - 22 KNC-RT5 793189.9 9196532 1661 Sumur Bor 40 26.7 24.9 1.8 43 201 4.77 0 86 - 23 KNC-RT1 793136.2 9196618 1668 Sumur Gali 12 26.1 22.2 3.9 46 245 4.32 0 91 - 24 KNC-RT12 793114.3 9196629 1668 Sumur Gali 12 23.7 21.7 2 42 230 4.62 0 85 - 25 KNC-RT2 793080.2 9196575 1656 Mata Air Depresi 0 26.3 23 3.3 48 238 5.51 0 97 - 26 TL-CP 791999.2 9196961 1534 Mata Air Depresi 0 23.4 21.7 1.7 23 214 5.2 0 46 - 27 TL-MA 791766.7 9196953 1537 Mata Air Depresi 0 24.6 21.3 3.3 26 63 5.8 0 52 - 28 STS-RT2 791966.3 9197534 1660 Mata Air Depresi 0 26.3 22.8 3.5 43 188 6.1 0 87 - 29 STS-RT21 791939.4 9197582 1660 Mata Air Depresi 0 26.2 22.9 3.3 74 221 5.6 0 149 - 30 STS-RT22 791938.2 9197532 1660 Sumur Gali 2 24.8 21.5 3.3 50 214 4.95 0 101 - 31 STS-RT23 791881.5 9197548 1662 Sumur Gali 4 24 21.4 2.6 137 243 4.36 0.01 273 - 32 SCW 791473.7 9197642 1552 Situ Cihaniwung 0 23.5 22.2 1.3 24 32.1 6.65 0 49 - 33 CSB-MA 790652.8 9197164 1644 Mata Air Depresi 0 28.9 24.7 4.2 56 234 5.4 0 112 - 34 CSB-SM 790630.9 9197272 1660 Sumur Bor 20 28.4 27.2 1.2 52 199 6.76 0 105 - 35 STS-MAA 791475 9197294 1545 Mata Air Depresi 0 24.2 22 2.2 148 68.4 5.54 0.01 296 - 36 STS-MA 791967.6 9197748 1590 Mata Air Depresi 0 26.2 20.6 5.6 32 191 5.89 0 63 - 37 STS-MA1 791013.5 9199069 1640 Mata Air Depresi 0 23 20.2 2.8 65 219 5.32 0 131 0.175 38 STS-MA2 790287 9197013 1600 Mata Air Depresi 0 25.8 22.7 3.1 28 61 6.85 0 56 0.17 39 STN-MA 791790.4 9194376 1590 Mata Air Depresi 0 23.8 20.3 3.5 18 138 6.83 0 38 0.181 40 STN-MA1 791380.9 9194008 1600 Mata Air Depresi 0 21.6 19.7 1.9 24 188 5.6 0 49 0.18
  46. Data Sifat Fisik Airtanah No Kode X (Easting) Y (Northing)

    Elevasi (m) Keterangan Kedalaman MAT (m) Temp Permu kaan (°C) Temp Air (°C) ∆t TDS (ppm) ORP(mV) pH Salinitas (%) EC (μs/cm) Debit (L/s) 41 STN-TER 791364.9 9193916 1615 Mata Air Depresi 0 22.2 19 3.2 23 183 5.6 0 46 - 42 CSR-SR 793218.5 9193332 1700 Mata Air Depresi 0 20.4 18.7 1.7 44 65 6.17 0 88 - 43 CBTR-KYP 797582 9192901 1817 Mataair Rekahan 0 20.2 17.3 2.9 104 42.5 6.08 0.01 210 - 44 CBTR-MA 797538 9192963 1819 Mata Air Depresi 0 21.9 17 4.9 76 48.2 5.99 0 153 - 45 CBTR-CGL 797984 9194382 1814 Mata Air Depresi 0 18.4 18.1 0.3 41 75.9 5.45 0 83 0.27 46 CBTR-ANP 798707.1 9194121 1832 Mata Air Depresi 0 20.1 15.1 5 51 25.2 6.58 0 102 - 47 CBTR-MA1 798758.6 9194557 1886 Mata Air Depresi 0 18.8 15.3 3.5 42 4.5 6.87 0 83 - 48 NGL-SHY 797619.6 9195554 1853 Mata Air Depresi 0 23.8 18.8 5 30 41.7 6.14 0 89 - 49 NGL-RW3 797384.6 9197277 1959 Mata Air Depresi 0 21.1 15.5 5.6 33 47.5 6.04 0 70 0.21 50 NGL-RW31 797431.9 9197249 1973 Mata Air Depresi 0 21.6 15.6 6 29 178 6.74 0 59 0.2 51 TMJ-MA 794713.7 9197175 1706 Mata Air Depresi 0 24.9 21.4 3.5 42 61 6.25 0 76 0.001 52 TMJ-SG 794782.6 9195967 1728 Mata Air Depresi 0 25.8 20.8 5 38 25.7 6.54 0 75 - 53 NGL-RT4 795462.6 9195082 1805 Sumur Bor 60 21 19 2 67 86 5.2 0 136 - 54 NGL-RW33 797225.1 9197139 1933 Mata Air Depresi 0 21 16.5 4.5 24 181 7.35 0 48 - 55 TMJ-ST 795262.2 9199989 1680 Mata Air Depresi 0 24.5 19 5.5 40 125 5.9 0 84 0.121 56 TMJ-ST1 795997.2 9198593 1860 Mata Air Depresi 0 22 18.5 3.5 27 111 6.12 0 56 0.039 57 TMJ-ST2 795277 9198578 1760 Mata Air Depresi 0 22.4 18 4.4 32 99 5.9 0 99 0.038 58 KTS1-CST 793350.6 9201336 1600 Mata Air Depresi 0 27.3 18.9 8.4 68 168 6.62 0 139 0.008
  47. Hierarchical Clustering Airtanah Hasil hierarchical clustering menunjukkan bahwa sampel dibagi

    menjadi 2 cluster, yaitu cluster mesothermal (Air Dingin) dan hyperthermal (Air Panas).
  48. pH Berdasarkan permenkes No. 492 tahun 2010 pasal 3 ayat

    1, air minum aman bagi Kesehatan apabila persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter. Parameter pH kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 6.5 – 8.5.
  49. TDS (Total Dissolved Solid) Berdasarkan permenkes No. 492 tahun 2010

    pasal 3 ayat 1, air minum aman bagi Kesehatan apabila persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter. Parameter TDS kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 500 ppm.
  50. EC (Electrical Conductivity) Menurut Subba Rao dkk (2012), EC dapat

    diklasifikasikan sebagai tipe I (pengayaan garam rendah) dengan nilai EC < 1.500 μS/cm; tipe II (pengayaan garam sedang) dengan nilai EC 1.500 – 3.000 μS/cm; dan tipe III (pengayaan garam tinggi) dengan nilai EC > 3.000 μS/cm.
  51. ORP (Oxidation Reduction Potensial) ORP merupakan tingkat kemampuan suatu cairan

    dalam membunuh bakteri didalam air tersebut. Semakin tinggi nilai ORP maka akan semakin cepat waktu yang dibutuhkan cairan tersebut dalam membunuh bakteri dan bersifat oksidasi kuat.
  52. Salinitas Menurut Purwanti dkk (2006), penggolongan atau klasifikasi tingkat keasinan

    air tanah untuk parameter salinitas terbagi atas air tawar dengan nilai salinitas <0.5%, air payau 0.5-30%, air asin 30-50%, dan air laut >40%.
  53. Susceptibility Index (SI) • Kerentanan airtanah merupakan kemampuan suatu airtanah

    dalam bertahan terhadap polusi dan kontaminan pada permukaan tanah sampai dengan muka air tanah atau pada daerah akuifer (Harter dan Walker, 2001). • Salah satu metode yang digunakan adalah Susceptibility Index (SI) yang merupakan pengembangan dari metode DRASTIC oleh Ribeiro dkk. (2000). • Dalam metode SI, terdapat 4 asumsi utama: 1. Kontaminan muncul dari permukaan 2. Kontaminan masuk kedalam tanah akibat adanya presipitasi 3. Kontaminan memiliki kemampuan berpindah layaknya air 4. Area yang dievaluasi ≥0,4 km2 • Parameter yang digunakan dalam metode SI adalah: Kedalaman MAT (D), Imbuhan Airtanah (R), Media Akuifer (A), Topografi (T), dan Tata Guna Lahan (LU) (Bartzas., 2015). • Nilai dari setiap kelas pada parameter SI merupakan nilai dari kelas pada metode DRASTIC dikalikan dengan 10. Pembobotan parameter SI (Ribeiro (2000) dalam Bartzas dkk., 2015). Indeks SI = Dr Dw + Rr Rw + Ar Aw + Tr Tw + LUr LUw
  54. Kedalaman MAT (D) Semakin dekat MAT terhadap permukaan, semakin mudah

    kontaminan untuk mencemari tanah, begitu pula sebaliknya (Aller dkk., 1987; Bartzas dkk., 2015).
  55. Imbuhan Airtanah (R) Presipitasi merupakan salah satu sumber pemasok air

    tanah, sehingga semakin tinggi curah hujan, semakin banyak pula jumlah kontaminan yang dapat menginfiltrasi tanah dan mencemari air tanah (Aller dkk., 1987).
  56. Media Akuifer (A) Semakin tinggi permeabilitas suatu batuan, semakin mudah

    suatu kontaminan untuk bergerak bebas dalam air tanah, sehingga semakin tinggi juga bobot penyumbang nilai kerentanan air tanah terhadap pencemaran (Aller dkk., 1987).
  57. Kemiringan Lereng (T) Faktor kemiringan lereng mengontrol seberapa mudah kontaminan

    untuk menginfiltrasi tanah, semakin curam kemiringan lereng membuat kontaminan semakin lama menjadi limpasan di permukaan (Aller dkk., 1987). % % % % %
  58. Tata Guna Lahan (LU) • Tabel nilai tata guna lahan

    (Ribeiro dalam Bartzas dkk., 2015). Tataguna Lahan Nilai (SI) Area Pertanian Tanaman semusim, sawah 90 Tanaman permanen 70 Area pertanian homogen 50 Padang penggembaraan dan wilayah agroforesti 50 Area Buatan Industri penghasil limbah, area pembuangan sampah 100 Area tambang, galangan kapal, penambangan terbuka 80 Area perkotaan, bandara, Pelabuhan, stasiun kereta api, area aktivitas industri dan komersil, ruang terbuka hijau 75 Area semi urban dan permukiman 70 Area Alami Ekosistem perairan (rawa, laguna, zona pasang surut) 50 Hutan dan zona semi alami 0 Badan perairan 0
  59. Validasi lapangan • Berdasarkan peta kerentanan tercemarnya air tanah, daerah

    penelitian didominasi oleh tingkat kerentanan sedang dengan nilai 42.85-52.9. Litologi dominan berupa batuan piroklastik yang memiliki porositas dan permeabilitas tinggi sehingga pencemar mudah tersebar. Utara Selatan STS-MAA CTW-MCT2 Utara Selatan
  60. 1. Tahap pertama terjadi pada Pleistosen Awal, ketika aktivitas vulkanisme

    terjadi di selatan daerah penelitian yaitu di Gunungapi Kencana sebagai pusat erupsi menghasilkan produk berupa Satuan Breksi Aliran Piroklastik Kencana (Kca). 2. Pada tahap kedua, aktivitas vulkanisme dari Gunung Kencana berlangsung pada lereng bagian utara yang menyebabkan terjadinya erupsi samping Gunung Wareng. Erupsi tersebut menghasilkan Satuan Lava Andesit Wareng (Wrl) dan Satuan Tuf-Lapili Aliran Piroklastik Wareng (Wra). 3. Tahap ketiga, aktivitas vulkanisme terjadi di timur daerah penelitian yaitu di Gunungapi Kendang. Terjadi letusan eksplosif yang menghasilkan produk berupa Satuan Breksi Aliran Piroklastik Kendang (Kda) dan Satuan Tuf Jatuhan Piroklastik Kendang (Kdj). Selanjutnya, erupsi secara efusif menghasilkan produk berupa Satuan Lava Andesit Kendang 1 (Kdl1) dan Satuan Lava Andesit Kendang 2 (Kdl2). Penyebaran Satuan Tuf Jatuhan Piroklastik Kendang (Kdj) ditafsirkan menutupi Dataran Tinggi Pangalengan (Bronto dkk., 2006). 4. Pada tahap keempat, aktivitas vulkanisme Gunung Kendang telah berakhir dan menyisakan bentukan kaldera yang membuka ke arah timur. Setelah itu, akibat adanya tegasan utama yang bekerja pada Wilayah Jawa Barat menyebabkan terbentuknya Sesar Menganan Turun Lodayakolot. 5. Tahap kelima, terdapat pusat erupsi baru pada Dataran Tinggi Pangalengan yang menghasilkan produk berupa Satuan Kubah Lava Pasirpanjang (Prk).
  61. 6. Pada tahap keenam, terjadi erupsi Gunung Wayang yang menghasilkan

    produk berupa Satuan Breksi-tuf Aliran Piroklastik Wayang (Wya). Penentuan umur absolut menggunakan metode Kalium-Argon menunjukkan bahwa aktivitas vulkanisme Gunung Wayang berlangsung pada 0,49 juta tahun yang lalu (Bogie dan Mackenzie, 1998). 7. Pada tahap ketujuh, pusat erupsi berlangsung di Gunung Windu yang terletak di bagian selatan dari Gunung Wayang menghasilkan produk Satuan Breksi-Tuf Aliran Piroklastik Windu (Wda) dan Satuan Kubah Lava Windu (Wdk). Peristiwa ini berlangsung pada 0,10 juta tahun yang lalu (Bogie dan Mackenzie, 1998). 8. Tahap kedelapan merupakan pembentukan sesar menganan di daerah penelitian. dengan arah barat laut- tenggara. Pembentukan sesar diakibatkan adanya tegasan utama yang terjadi di Pulau Jawa berarah utara- selatan (Alzwar dkk., 1992; Fauzi dkk., 2015). Struktur sekunder yang terbentuk pada tahap ini adalah Sesar Menganan Ranca, Sesar Menganan Citawa, dan Sesar Menganan Pasirpanjang. Pembentukan sesar mendatar menyebabkan terbentuknya zona permeabel pada daerah penelitian, sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi fluida hidrotermal yang menyebabkan batuan mengalamai alterasi menjadi lebih lunak yang kemudian memicu terjadinya sesar normal pada kawah Windu. 9. Tahap kesembilan merupakan tahap berlangsungnya proses permukaan berupa pelapukan dan erosi pada masa kini. Pada tahap ini juga terdapat aktivitas rombakan dari produk Gunung Papandayan Satuan Breksi Lahar Papandayan (Pdlh).
  62. 10. Kondisi geologi daerah penelitian juga memungkinkan terbentuknya zona permeable

    akibat struktur geologi maupun kontak antar litologi. Hal tersebut ditunjukkan oleh kehadiran mata air, terutama mata air rekahan beserta jenis mata air baik hyperthermal (mata air panas) dan mesothermal (mata air dingin). 11. Dominannya proses eksogen seperti erosi dan pelapukan menyebabkan mata air banyak bermunculan di permukaan, terutama mata air depresi.
  63. 1. Daerah penelitian dibagi menjadi 10 satuan geomorfologi, yaitu Kerucut

    Gunungapi Windu, Kerucut Gunungapi Wareng, Perbukitan Pasir Panjang, Dataran Antar Gunungapi Kertasari, Punggungan Aliran Lahar Gunung Papandayan, Punggungan Aliran Lava Gunung Kendang, Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Kencana, Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Kendang, Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Wayang, dan Punggungan Aliran Piroklastik Gunung Windu. Tahapan geomorfik daerah penelitian termasuk tahapan geomorfik muda. 2. Daerah penelitian dibagi menjadi 12 satuan geologi dengan urutan tua ke muda, yaitu Satuan Breksi Aliran Piroklastik (Kca), Satuan Lava Andesit Wareng (Wrl), Satuan Tuf-Lapili Aliran Piroklastik Wareng (Wra), Satuan Breksi Aliran Piroklastik Kendang (Kda), Satuan Tuf Jatuhan Piroklastik Kendang (Kdj), Satuan Lava Andesit Kendang 1 (Kdl1), Satuan Lava Andesit Kendang 2 (Kdl2), Satuan Kubah Lava Pasirpanjang (Prk), Satuan Breksi-tuf Aliran Piroklastik Wayang (Wya), Satuan Breksi-Tuf Aliran Piroklastik Windu (Wda), Satuan Kubah Lava Windu (Wdk), dan Satuan Breksi Lahar Papandayan (Pdlh). 3. Daerah penelitian dibagi menjadi 8 satuan hidrogeologi, yaitu Akuifer Breksi Kencana, Akuifer Breksi Kendang, Akuifer Breksi Papandayan, Akuifer Breksi-Tuf Wayang, Akuifer Breksi-Tuf Windu, Akuifer Rekahan Andesit Pasir Panjang, Akuifer Rekahan Andesit Wareng, dan Akuifer Tuf Kendang.
  64. 4. Berdasarkan permenkes No. 492 tahun 2010 pasal 3 ayat

    1tentang baku mutu air minum, dari 58 titik mata air, terdapat 9 titik mata air dengan kode LDY-01, LDY-02, SCW, CSB-SM, STS-MA2, STN-MA, NGL- SHY, NGL-RW31, dan TMJ-SG yang memenuhi standar pH dan TDS. 5. Berdasarkan Subba Rao dkk., (2012) nilai EC dari 58 titik mata air tergolong tipe I dengan tingkat pengayaan garam rendah. 6. Terdapat 25 titik mata air dengan nilai ORP sangat tinggi, menandakan 25 titik mata air memiliki tingkat oksidasi kuat. 7. Berdasarkan Purwanti dkk., (2006) nilai salinitas dari 58 titik mata air tergolong air tawar. 8. Daerah tingkat kerentanan sangat rendah dan rendah berada pada daerah barat laut dan timur daerah penelitian, kerentanan sedang berada pada tengah daerah penelitian, kerentanan tinggi dan sangat tinggi berada pada daerah timur laut dan tenggara daerah penelitian. Untuk daerah dengan kerentanan tinggi dan sangat tinggi divalidasi dengan kondisi mata air yang berubah warna, keruh, dan memiliki pH rendah yang disebabkan oleh kegiatan antropogenik dengan litologi dominan batuan piroklastik yang memiliki porositas dan permeabilitas yang baik.
  65. Daftar Pustaka Aller, L., Bennet, T., Lehr, J.H., Petty, R.J.,

    dan Hackett, G. (1987): DRASTIC: a Standardized System For 15 Evaluating Ground Water Pollution Potential Using Hydrogeologic Settings. United State : U.S. Environmental Protection Agency. Brahmantyo, B. dan Bandono. (2006): Klasifikasi bentuk muka bumi (landform) untuk pemetaan geomorfologi pada skala 1:25.000 dan aplikasinya untuk penataan ruang, Jurnal Geoaplika 1 (2), 71–78. Fetter, C.W. (2014): Applied Hydrogeology, Fourth Edition, Pearson, USA, 612. Freeze, R. A., dan Cherry, J. A. (1979): Groundwater, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, N.J, 604. Huggett, R.J. (2007): Fundamentals of geomorphology (Routledge fundamentals of physical geography series, 2. ed., 1. publ), Routledge, London, 458. Irawan, D.E. dan Puradimaja, D.J. (2012): Lembar kerja: panduan hidrogeologi umum (GL-2121), Bandung, Kelompok Keahlian Geologi Terapan. Martodjojo, S. (1984). Evolusi Cekungan Bogor, Disertasi Program Doktor, Institut Teknologi Bandung. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
  66. Daftar Pustaka Satriana, J. (2017): Geologi dan Studi Hidrogeokimia Daerah

    Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Tugas Akhir Program Sarjana, Institut Teknologi Bandung. Soetrisno, S. (1983): Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar Bandung skala 1:250.000, Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Bandung. SSI (Sandi Stratigrafi Indonesia). (1996): Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia). Sudarto, Retnowaty, S.F., Fitri, Y., Suroso, A. (2015): Uji pH dan Fisis Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Jurnal Photon, Vol. 5 No. 2, Mei 2015. Zahra, S. F., Putranto, T.T., Muhammad, F. (2021): Penilaian Kualitas Airtanah untuk Air Minum dan Air Irigasi di Kota Banjarbaru dan Sekitarnya, Jurnal Geosains dan Teknologi, Vol. 4 No. 2, Juli 2021. Zuidam, R. van. (1985): Guide to Geomorphic Aerial Photographic Interpretation and Mapping, International Institute of Aerospace Survey and Earth Science (ITC), The Hague.
  67. Daftar Pustaka Pustaka dari situs internet: Badan Informasi Geospasial (2018):

    DEMNAS. diperoleh melalui situs https://tanahair.indonesia.go.id/demnas/#/demnas, diakses pada tanggal 3 April 2022. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung (2021): Kecamatan Pangalengan Dalam Angka 2021, diperoleh melalui situs https://bandungkab.bps.go.id/publication/2021/09/24/7543670f58bf37996b3ea1f3/kecamatan- pangalengan-dalam-angka-2021.html, diakses pada tanggal 3 April 2022. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung (2021): Kecamatan Kertasari Dalam Angka 2020, diperoleh melalui situs https://bandungkab.bps.go.id/publication/2020/09/28/12d89298b846e3a458de1a5e/kecamatan- kertasari-dalam-angka-2020.html, diakses pada tanggal 3 April 2022. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang (2021): Kecamatan Pamuliahn Dalam Angka 2021, diperoleh melalui situs https://sumedangkab.bps.go.id/publication/2021/09/24/4056a685c2c194a279842156/kecamatan- pamulihan-dalam-angka-2021.html, diakses pada tanggal 3 April 2022. Data Curah Hujan: BMKG. Diperoleh melalui situs https://dataonline.bmkg.go.id/data_iklim, diakses pada tanggal 8 April 2022.