Upgrade to PRO for Only $50/Year—Limited-Time Offer! 🔥

[Unsada 039] Tantangan Kaum Muda di Era Disruption

[Unsada 039] Tantangan Kaum Muda di Era Disruption

27 September 2018 Pidato Rektor pada Wisuda Magister, Sarjana dan Ahli Madya Universitas Darma Persada Jakarta

More Decks by Universitas Darma Persada 2015-2018

Other Decks in Education

Transcript

  1. 1 Tantangan Kaum Muda di Era Disruption Dr. Dadang Solihin,

    SE, MA Sambutan Rektor pada Wisuda ke 28 Universitas Darma Persada Jakarta, 27 September 2018 Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semua, Yang terhormat: 1. Ketua Umum Yayasan Melati Sakura dan seluruh jajarannya, 2. Menteri Sosial RI Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita yang menyampaikan Orasi Ilmiah pada Wisuda ini, 3. Bapak Herdy Rosadi Harman, SH, MBA, LLM, Direktur Human Capital Management PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, yang menyampaikan Orasi Ilmiah pada Wisuda ini, 4. Duta Besar Jepang atau yang mewakilinya, 5. Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah 3, 6. Para Rektor dan Pimpinan Perguruan Tinggi se DKI dan Jawa Barat, 7. Anggota Senat Universitas dan Seluruh Fakultas di Unsada, 8. Para Dosen, seluruh jajaran serta seluruh panitia Wisuda ke 28 Universitas Darma Persada, 9. Para Orang tua dan wisudawan yang sedang berbahagia, 10. Serta para tamu undangan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Pada hari yang penuh kegembiraan ini, Unsada menggelar Wisuda ke-28 di Balai Sudirman Jl. Dr. Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan. Untuk Wisuda kali ini, Unsada meluluskan 598 Wisudawan. Pada kesempatan ini Rektor mewakili seluruh civitas akademika Unsada mengucapkan
  2. 2 selamat kepada seluruh Wisudawan atas keberhasilan dalam menyelesaikan perjuangan

    di kawah candradimuka Unsada. Selamat kepada 598 Wisudawan yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan di Unsada dengan berbagai cara. Sebagaimana dikatakan oleh seorang penulis: “It’s not how you start that’s important, but how you finish.” Yang terpenting adalah bukan bagaimana kamu memulainya, tetapi bagaimana kamu menyelesaikannya. Ada yang kuliah sambil bekerja, yang setiap hari sibuk membagi waktu antara kuliah dengan pekerjaannya, ada yang sambil mengabdi menjadi aktivis kampus, sebagai aktivis Menwa Batalyon Bushido, BEM Universitas dan Fakultas, Himpunan, UKM, dan sebagainya. Sebagaimana pepatah bijak, ilmu terbaik itu adalah ilmu yang dapat diamalkan. Untuk itu, sebagai Rektor Unsada, saya ingin menitipkan pesan kepada para Wisudawan agar terus mengamalkan ilmu yang sudah kalian dapatkan selama proses pembelajaran di kampus untuk mengambil peran dalam memajukan bangsa ini. Jadilah sosok yang kelak menaburkan benih-benih kebaikan untuk lingkungan sekitar. Karena itulah hakikat pembelajaran yang diberikan kepada anak-anak didik kami di kampus Unsada ini. Bapak, Ibu dan para Wisudawan yang kami hormati, Dalam beberapa tahun terakhir kepercayaan masyarakat kepada Unsada makin meningkat, khususnya kepercayaan dari para orang tua mahasiswa kepada putra- putrinya untuk mempersiapkan diri dalam menyongsong masa depannya yang gemilang di kampus tercinta ini. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah mahasiswa baru. Pada tahun 2015 jumlah mahasiswa baru yang lulus seleksi adalah sebanyak 1.200 orang, meningkat menjadi 1.500 orang pada tahun 2016, lalu meningkat lagi menjadi 1.571 orang pada tahun 2017, dan pada tahun 2018 jumlah mahasiswa baru meningkat lagi menjadi 1.707 0rang. Sekali lagi, terima kasih kepada para orang tua mahasiswa. Untuk itu saya minta kepada para wisudawan semua untuk berdiri, lalu balik kanan (silahkan para anggota Senat juga untuk berdiri). Cari mana orang tua kalian. Tatap orang tua kalian di seberang, lalu sampaikan terima kasih kalian dengan cara bertepuk tangan. Silahkan balik kanan lagi dan duduk kembali di tempat masing-masing. Bapak, Ibu dan para Wisudawan yang kami hormati, Kepercayaan kepada Unsada datang pula dari kalangan Badan Usaha Milik Negara. Pada tahun 2018 ini, Unsada mendapat kepercayaan dari Forum Human Capital Indonesia (FHCI) yang diprakarsai oleh Menteri BUMN Republik Indonesia Ibu Rini Mariani Soemarno dan Direktur Human Capital Management PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Bapak Herdy Rosadi Harman, di mana Unsada dapat memberangkatkan 30 mahasiswa untuk mengikuti Program Magang Mahasiswa Bersertifikat Kompetensi selama 6 bulan di 12 perusahaan BUMN papan atas, yaitu Angkasa Pura I, Bank Mandiri, Danareksa, Garuda Indonesia, Pelayaran Nasional Indonesia, Pembangunan Perumahan, Perum Damri, Sucofindo, Telkom, Industri Kapal Indonesia, Hutama Karya, dan Jasa Marga. Program ini ditujukan dalam rangka pengayaan wawasan dan keterampilan mahasiswa untuk mempersiapkan mereka dalam memasuki dunia kerja
  3. 3 dan mencetak SDM unggul. Semoga program ini bermanfaat untuk

    menyerap Alumni Unsada dalam membina karir di BUMN tempat mereka menempuh program magang ini. Tentu saja kepercayaan kepada Unsada dari sahabat terbaik, yaitu negara Jepang, semakin meningkat. Pada akhir tahun lalu, sudah diberangkatkan 20 mahasiswa Unsada ke Jepang untuk mengikuti Program Jenesys dan Program Nihongo Partners dari the Japan Foundation. Demikian pula bantuan dari beberapa Perguruan Tinggi Jepang yang mengirimkan dosen-dosennya untuk mengajar di Unsada serta dosen-dosen Unsada untuk mengikuti skill-up program di Jepang semakin meningkat. Bapak, Ibu dan para Wisudawan yang kami hormati, Sebagaimana semboyan Unsada 'Nalar Arif Baktiku Bangsa', kami terus berusaha untuk mewujudkan semboyan tersebut. Dalam mengimplementasikan ‘Nalar Arif’, para mahasiswa Unsada mengasahnya dalam proses pendidikan dan penelitian melalui program akademis, profesi, maupun vokasi. Saat ini Unsada sudah mengembangkan Tempat Uji Kompetensi (TUK) dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) untuk menjawab tantangan zaman terutama menghadapi Revolusi Industri 4.0 dan era disrupsi. Dalam mengimplementasikan ‘Baktiku Bangsa’, alhamdulillah hingga kini Unsada telah memiliki dua laboratorium lapangan, yaitu Desa Binaan dengan pendekatan E3i Village (Energy, Economy, Environment, and Independent Village) yang menitikberatkan kepada program Desa Mandiri Energi melalui kerja sama dengan masyarakat setempat, pemerintah daerah dan dunia usaha swasta. Saat ini Unsada sudah melakukannya di Desa Seriwe, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, serta di Dusun Tangsi Jaya, Kecamatan Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat. Di kedua desa ini, Unsada mengimplementasikan teknologi energi terbarukan untuk menggali potensi Sumber Daya Alam dalam rangka peningkatan dan perbaikan kehidupan masyarakat yang ada di wilayah pesisir dan pegunungan. Inilah wujud bakti dari Unsada dalam mengejawantahkan semboyan universitas yang kita cintai ini. Bapak, Ibu dan para Wisudawan yang kami hormati, Perubahan adalah keniscayaan. Tak ada yang abadi, selain perubahan itu sendiri. Berabad silam, Charles Darwin telah mengingatkan tentang pentingnya menyikapi perubahan yang akan selalu hadir dalam setiap generasi kehidupan. Dia mengatakan bahwa bukanlah spesies yang paling kuat atau paling cerdas yang mampu survive, tapi mereka yang paling mampu beradaptasi terhadap perubahan. Kini, di saat perkembangan teknologi digital semakin melaju pesat, perubahan menjadi hal yang begitu nyata. Belakangan ini kita mengenalnya sebagai disruption. Rhenald Kasali, penulis buku "Disruption", memaknai disruption itu sebagai perubahan yang mengedepankan kolaborasi dan kerjasama banyak pihak. Ia menegaskan disruption itu bukan sekedar fenomena hari ini (today), melainkan fenomena "hari esok" (the future) yang dibawa oleh para pembaharu pada masa kini, hari ini (the present).
  4. 4 Fenomena disruption tentunya menjadi tantangan yang harus bisa direspons

    oleh generasi muda. Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok generasi muda yang akan membawa tongkat estafet kepemimpinan bangsa di masa mendatang, tentunya harus bisa merepons fenomena disruption ini. Para founding father negeri ini pastinya tidak akan pernah rela jika melihat negeri ini sebagai penonton dari adanya perubahan itu. Semangat inilah yang hendaknya harus terus dipompakan kepada generasi muda, khususnya para mahasiswa. Mengapa mahasiswa? Perlu disadari bahwa penduduk Indonesia yang bersedia untuk melanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi masih sangat terbatas populasinya. Data yang dirilis Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada 2017 mengungkapkan Angka Partisipasi Kasar (APK) masyarakat masuk ke perguruan tinggi hanya 31,1 persen dari penduduk rentang usia 19-23 tahun. NIlai APK Indonesia ini ternyata lebih rendah dibanding negara di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia (38 persen), Thailand (54 persen), maupun Singapura (78 persen). Dengan rendahnya minat generasi muda untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi ini tentunya menjadi salah satu penyebab mengapa daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia masih terbilang rendah. Kondisi ini juga ditegaskan dalam laporan terbaru Bank Dunia yang dirilis pada Juni lalu. Dalam laporannya diumumkan daya saing SDM Indonesia ini masih di bawah negara- negara lain untuk kawasan yang sama. Meski tingkat partisipasi sekolah di Indonesia telah tumbuh signifikan namun kondisi itu masih belum mampu untuk meningkatkan daya saing SDM negeri ini. Di saat kualitas SDM negeri ini masih berjalan lambat, tantangan global yang kini siap menerjang negeri ini adalah laju revolusi industri 4.0. Dalam pemahamannya, industri 4.0 ini merujuk pada nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala hal, komputasi awan, dan komputasi kognitif. Singkatnya, industri 4.0 ini menghasilkan pabrik cerdas yang mengandalkan pada kemampuan digital. Bapak, Ibu dan para Wisudawan yang kami hormati, Menyikapi hal tersebut, lalu bagaimanakah seharusnya kita menyikapi beragam tantangan yang ada ini? Haruskah kita berdiam diri saja? Rasanya, perlulah barang sejenak untuk merenungi ulang kalimat heroik yang pernah digaungkan oleh proklamator Indonesia, Bung Karno. Kalimat yang begitu terkenal itu menyatakan,"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Tapi beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Ya, begitulah keyakinan besar dari sang proklamator terhadap kaum muda. Untuk itu, Sudah sepantasnya jika mahasiswa sebagai bagian elite terdidik pada kelompok generasi muda negeri ini, bisa mengobarkan semangatnya untuk bisa menjadi agen perubahan (agent of change) bagi negeri ini. Caranya cukup sederhana. Belajarlah secara tekun. Tentunya, dalam proses belajar itu tak semata-mata mengandalkan ketekunan saja. Tapi, mulailah menengok ke dunia luar
  5. 5 bahwa zaman telah berubah. Fenomena disruption yang telah merasuk

    ke semua lini kehidupan tak bisa ditampik. Begitu juga dengan percepatan Revolusi Industri 4.0 harusnya membuat mahasiswa lebih termotivasi lagi untuk menghasilkan sesuatu perubahan. Ya, perubahan itu tak Hanya ditujukan buat dirinya sendiri tapi bagaimana menghasilkan perubahan itu buat negeri ini menjadi lebih baik. Tokoh-tokoh muda inovatif semacam Nadiem Makarim (pendiri GoJek), Ricky Elson (pengembang teknologi mobil listrik), hingga Dr Khairul Anwar (pemilik paten teknologi 4G berbasis berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing), harusnya bisa menjadi teladan bagi kaum muda masa kini. Inilah yang kita butuhkan untuk membawa Indonesia berjaya di masa depan dalam menghadapi tantangan global yang makin pelik. Sudah siapkah wahai kaum muda Indonesia untuk menyambut perubahan tersebut? Bapak, Ibu dan para Wisudawan yang kami hormati, Pada bagian akhir pidato ini ijinkan saya untuk menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Yayasan Melati Sakura, Persatuan Alumni dari Jepang (Persada), pemerintah, para sponsor, mitra kerja, dan donatur yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas kerja sama yang teramat baik dengan Unsada selama ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh panitia yang terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan Wisuda ini, kepada jajaran pimpinan dan karyawan Unsada, serta kepada para dosen dan mahasiswa. Akhir kata, ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak Herdy Rosadi Harman atas kesediaannya untuk hadir merasakan gelombang semangat para wisudawan generasi muda bangsa dan memberikan orasi ilmiah pada acara Wisuda Universitas Darma Persada tahun 2018 ini. Semoga Allah SWT, Tuhan YME membalas kebaikan Anda semua. Aamiin YRA. Wabilahi Taufiq wal Hidayah Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
  6. Tentang Rektor Unsada Doktor Ilmu Pemerintahan dari Universitas Padjadjaran dan

    MA in Economics dari University of Colorado at Denver, USA ini adalah Rektor Universitas Darma Persada (Unsada) Jakarta masa bakti 2015-2018. Dia adalah seorang Associate Professor/Lektor Kepala TMT 1 Oktober 2004. Di masa kepemimpinannya, Unsada mencatatkan prestasi yang gemilang. Di antaranya adalah peringkat Unsada di antara PTN dan PTS seluruh Indonesia melonjak drastis dari 366 (2015) menjadi 109 (2016), klaster penelitian melonjak dari Klaster Madya (2015) menjadi Klaster Utama (2016), intake mahasiswa baru yang melonjak drastis pada tahun pertama menjadi Rektor 1.100 (2015) menjadi 1.500 (2016), 1.517 (2017), dan 1.707 (2018). Saldo Bank meningkat dari Rp 5 M (2015) menjadi Rp. 40 M (2018), dimana jumlah utang adalah nol. Peningkatan saldo bersih yang melonjak 800% tersebut murni pemasukan dari mahasiswa setelah anggaran Unsada digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan membiayai program-program Tri Darma Perguruan Tinggi. Pengalamannya dengan Jepang banyak juga, di antaranya adalah ketika mendapatkan beasiswa dari JICA untuk mengikuti Regional Development and Planning Training Course di Sapporo pada 1999, Local Government Administration Training Course di Hiroshima pada 2001, menjadi Assistant Professor mendampingi Prof. Ginandjar Kartasasmita di Graduate School of Asia and Pacific Studies Waseda University selama Winter Term 2004, 2005, 2006, dan 2007, dan di National Graduate Institute for Policy Studies (GRIPS) Tokyo selama Winter Term 2012. Dadang juga memaparkan the Master Plan for Unsada Development di depan Prof. Ginandjar Kartasmita dan PM Fukuda di Tokyo pada Maret 2016, serta menjadi pembicara di Tokyo pada December 2016 dalam rangka ulang tahun ke 70 Association of Private Universities of Japan (APUJ) dengan topik: The Current State of International Exchange and Its Outlook for 2025. Selama 30 tahun berkarir di Bappenas sejak awal 1988, Dadang Solihin pernah menjadi Direktur selama 7 tahun lebih. Sarjana Ekonomi Pembangunan FE Unpar ini sudah menghasilkan beberapa buku tentang Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Perencanaan Pembangunan Daerah, Monitoring dan Evaluasi Pembangunan, dll. Dadang Solihin adalah peserta terbaik Diklat Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XXIX tahun 2010 Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI Jakarta dan peserta terbaik Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLIX tahun 2013 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI. Ia dinyatakan lulus Dengan Pujian serta dianugerahi Penghargaan Wibawa Seroja Nugraha. Sejak 2015 ia dipercaya menjabat Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Perguruan Tingggi Swasta (APTISI), dan sejak 2016 ia menduduki posisi sebagai salah satu Ketua Dewan Pimpinan Nasional Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI). Karya-karyanya tersebar di berbagai media terutama di media on-line. Untuk kontak silahkan email [email protected], web http://dadang-solihin.blogspot.com